Kisah Rasul 16-20

"Dan dari Troas kami bertolak dengan perahu, lalu langsung berlayar ke Samotrake, dan pada keesokan harinya ke Neapolis. Dari sana kami ke Filipi, salah satu kota terkemuka di distrik Makedonia, dan kami tinggal di kota itu beberapa hari." - Kisah Para Rasul 16:11-12

Perjalanan Misi Paulus yang Penuh Tantangan dan Kemenangan

Kitab Kisah Para Rasul bab 16 hingga 20 menceritakan periode krusial dalam pelayanan Rasul Paulus dan rekan-rekannya. Periode ini ditandai dengan perjalanan misi yang luas, penegakan gereja-gereja baru, serta berbagai tantangan yang dihadapi demi menyebarkan Injil Kerajaan Allah. Bab-bab ini menjadi saksi bisu tentang keberanian, iman, dan anugerah Tuhan yang senantiasa menyertai para hamba-Nya.

Makedonia dan Eropa Pertama

Kisah 16 membuka pintu bagi perluasan misi Paulus ke benua Eropa. Dimulai dari Troas, Paulus mendapat penglihatan tentang seorang Makedonia yang memohon pertolongan. Hal ini mengarahkannya untuk berlayar ke Filipi, sebuah kota penting di Makedonia. Di Filipi inilah Lidia, seorang pedagang kain ungu yang salehah, pertama kali mendengarkan Injil dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Namun, perjalanan di Filipi tidak selalu mulus. Paulus dan Silas mengalami penganiayaan, dicambuk, dan dimasukkan ke dalam penjara. Namun, Tuhan bekerja dengan luar biasa; gempa bumi yang dahsyat membebaskan mereka, dan kepala penjara serta seluruh keluarganya juga menerima Kristus. Peristiwa ini menjadi fondasi bagi gereja di Filipi, yang kelak menjadi gereja yang sangat mendukung pelayanan Paulus.

Pergumulan di Tesalonika dan Berea

Melanjutkan perjalanan, Paulus dan Silas tiba di Tesalonika, kota pelabuhan yang ramai. Di sana, mereka berkhotbah di rumah ibadat selama tiga hari Sabat, dan banyak orang Yahudi serta orang Yunani yang saleh bertobat. Namun, seperti biasa, ajaran Injil menimbulkan kecemburuan dan kemarahan di kalangan orang Yahudi yang tidak percaya, sehingga Paulus dan Silas harus melarikan diri ke Berea. Di Berea, para pendengarnya digambarkan lebih baik hati karena mereka menerima firman Tuhan dengan segala kerelaan hati dan setiap hari menyelidiki Kitab Suci untuk memeriksa, apakah semuanya itu benar. Di sinilah banyak orang yang percaya, termasuk orang Yunani terkemuka. Namun, kabar tentang keberhasilan mereka sampai juga ke Tesalonika, sehingga Paulus terpaksa meninggalkan Berea untuk menuju Atena.

Atena dan Pengalaman di Korintus

Di Atena, kota yang terkenal dengan filosofinya, Paulus merasa jiwanya tertekan melihat banyaknya berhala. Ia berdiskusi di agora dan di Areopagus dengan para filsuf Stoik dan Epikurean. Paulus menyampaikan Injil dengan cerdas, menghubungkannya dengan "Allah yang tidak dikenal" yang disembah oleh orang Atena. Meskipun beberapa orang menertawakannya, ada juga yang percaya, termasuk Dionisius, seorang anggota Areopagus, dan Damaris. Setelah itu, Paulus pergi ke Korintus, sebuah kota yang megah namun juga terkenal dengan kebejatan moralnya. Di Korintus, ia tinggal bersama Akwila dan Priskila, serta bekerja sebagai pembuat tenda sambil terus memberitakan Injil. Di sinilah ia mengalami banyak penglihatan dari Tuhan yang menguatkannya untuk terus bersaksi. Gereja di Korintus pun didirikan, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi internal yang kemudian diatasi melalui surat-surat Paulus.

Efesus dan Pelayanan yang Berkuasa

Kisah 19 membawa kita ke Efesus, kota besar yang menjadi pusat penyembahan Dewi Artemis. Paulus menghabiskan waktu yang cukup lama di Efesus, dan pelayanannya di sana ditandai dengan tanda-tanda dan keajaiban yang luar biasa. Bahkan, selendang dan kain dari tubuh Paulus dapat menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat. Pengaruh Injil begitu kuat sehingga membuat para tukang perak yang membuat patung Artemis merasa mata pencaharian mereka terancam, yang berujung pada kerusuhan besar yang dipimpin oleh Demetrius. Meskipun ada tantangan, gereja di Efesus tumbuh kuat dan menjadi pusat penting dalam penyebaran Injil di Asia Kecil.

Perjalanan Kembali dan Nasihat Terakhir

Bab 20 menggambarkan perjalanan terakhir Paulus ke Yerusalem. Ia mengunjungi kembali gereja-gereja yang telah didirikan di Makedonia dan Yunani, memberikan semangat dan penguatan. Di Troas, ia melakukan mukjizat membangkitkan Eutikhus yang jatuh dari jendela. Pidato perpisahannya yang menyentuh kepada para penatua Efesus di Miletus menjadi momen yang sangat emosional, di mana ia mengingatkan mereka tentang tugas mereka untuk menjaga kawanan domba Allah dan memperingatkan tentang adanya pengajar-pengajar sesat yang akan datang. Kisah 16-20 menampilkan ketekunan yang luar biasa dari para rasul dalam menghadapi kesulitan, keuletan dalam menyebarkan Kabar Baik, dan iman yang teguh pada janji-janji Allah. Kisah-kisah ini terus menginspirasi umat Kristen hingga kini untuk hidup berani bagi Kristus.