Simbol ketekunan dan perjalanan Injil.
Kitab Kisah Para Rasul pasal 18 menceritakan kelanjutan perjalanan misi Paulus. Setelah mengalami perlawanan di Tesalonika dan Berea, Paulus tiba di kota Korintus yang ramai. Di sana, ia bertemu dengan Aquila dan Priscilla, sepasang suami istri Yahudi yang juga pengrajin tenda, sama seperti Paulus. Bersama mereka, Paulus tinggal dan bekerja, sembari terus memberitakan Injil di sinagoge setiap hari Sabat, meyakinkan orang Yahudi dan Yunani.
Meskipun menghadapi banyak tantangan dan penolakan, Paulus tidak pernah menyerah. Ia bahkan menerima penglihatan dari Tuhan yang menguatkannya untuk terus berbicara dan tidak terdiam. Di Korintus, banyak orang mendengarkan, percaya, dan dibaptis. Ini adalah bukti nyata bahwa di tengah kesulitan, iman dan kesaksian yang teguh akan menghasilkan buah. Setelah tinggal cukup lama di Korintus, Paulus melanjutkan perjalanannya, ditemani Aquila dan Priscilla, menuju Efesus.
Pasal 19 Kisah Para Rasul membawa kita ke kota Efesus, sebuah pusat keagamaan dan perdagangan yang penting. Paulus menemukan sekelompok orang yang telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, tetapi belum menerima Roh Kudus. Paulus mengajarkan mereka lebih lanjut tentang Yesus Kristus, dan setelah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus dan menerima Roh Kudus, mereka mulai bernubuat dan berbahasa roh.
Di Efesus, kuasa Allah dinyatakan dengan sangat nyata melalui Paulus. Mukjizat-mukjizat terjadi, bahkan kain dari tubuh Paulus diangkat dan dibawa kepada orang sakit, lalu mereka sembuh. Hal ini membuat nama Tuhan Yesus makin dimuliakan. Namun, seperti di tempat lain, pelayanan ini juga menimbulkan gejolak. Para pengrajin perak yang membuat patung dewi Artemis merasa usaha mereka terancam oleh ajaran Paulus, yang menolak penyembahan berhala. Hal ini memicu kerusuhan dan penganiayaan terhadap Paulus dan rekan-rekannya. Meski demikian, iman mereka tetap teguh.
Bagian akhir dari kisah ini, yang mencakup akhir pasal 20, menggambarkan perjalanan terakhir Paulus yang penuh haru menuju Yerusalem. Ia berpamitan dengan para penatua jemaat di Efesus di Miletus. Dalam pidato perpisahannya yang sangat menyentuh, Paulus mengingatkan mereka untuk menjaga diri sendiri dan seluruh kawanan, yaitu jemaat yang telah dipercayakan kepada mereka oleh Roh Kudus. Ia menekankan pentingnya ketekunan, kewaspadaan terhadap ajaran sesat, dan pelayanan tanpa pamrih.
Pesan Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:24, "Tetapi aku tidak mengharaukan nyawaku sedikit pun, asalkan aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadaku oleh Tuhan Yesus untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah," menjadi puncak dari seluruh pelayanannya. Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang dedikasi yang luar biasa, ketekunan dalam menghadapi kesulitan, dan komitmen yang tak tergoyahkan untuk memberitakan Injil ke mana pun mereka pergi. Para rasul, terutama Paulus, memberikan teladan yang menginspirasi bagi setiap orang percaya untuk terus melayani Tuhan dengan setia, apapun tantangannya.