Ayat ke-23 dari pasal 18 dalam Kitab Kisah Para Rasul menceritakan kelanjutan perjalanan Rasul Paulus. Setelah menghabiskan waktu yang cukup di Korintus, kota yang menjadi pusat penting bagi pelayanannya di wilayah Akhaya, Paulus memutuskan untuk melanjutkan misinya. Keputusan ini bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan sebuah langkah strategis dalam penyebaran Injil.
Dalam ayat ini, kita melihat Paulus tidak melakukan perjalanan ini sendirian. Ia ditemani oleh Priskila dan Akwila, pasangan suami istri yang setia melayani Injil bersamanya. Keberadaan mereka sangat berarti, bukan hanya sebagai rekan perjalanan, tetapi juga sebagai penolong dalam berbagai pelayanan. Priskila dan Akwila telah menjadi pilar penting bagi Paulus, terutama di Efesus sebelumnya, di mana mereka membantu meneguhkan iman orang-orang percaya dan turut menjaga keselamatan Paulus.
Tujuan Paulus selanjutnya adalah Siria. Wilayah ini memiliki makna penting dalam sejarah kekristenan awal, karena Siria, khususnya Antiokhia, adalah tempat di mana para pengikut Yesus pertama kali disebut Kristen. Dari Siria, Injil telah mulai menyebar lebih luas, dan Paulus, sebagai rasul bagi bangsa-bangsa lain, memiliki peran krusial dalam perluasan ini. Perjalanan kembali ke Siria ini bisa jadi merupakan bagian dari rutinitas pelayanannya untuk memeriksa dan menguatkan jemaat-jemaat yang telah ia dirikan, serta menjalin komunikasi dengan pusat-pusat kekristenan lainnya.
Satu detail menarik dari ayat ini adalah penyebutan bahwa Paulus telah mencukur rambutnya di Kenkrea karena bernazar. Kenkrea adalah pelabuhan dari Korintus. Tindakan ini menunjukkan ketaatan Paulus pada hukum dan tradisi Yahudi yang berlaku saat itu, terutama ketika ia berada di lingkungan yang tidak sepenuhnya Yahudi. Nazar adalah janji atau sumpah yang dibuat kepada Tuhan, dan mencukur rambut seringkali merupakan bagian dari ritual pemenuhan nazar tersebut. Hal ini mengingatkan kita bahwa Paulus, meskipun diutus menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain, tetap berakar kuat dalam identitas Yahudinya dan menghormati perjanjian-perjanjian yang telah ditetapkan.
Perjalanan yang digambarkan dalam Kisah Rasul 18:23 ini menunjukkan pola pelayanan Paulus yang dinamis. Ia tidak menetap di satu tempat terlalu lama, melainkan terus bergerak, menjangkau tempat-tempat baru, dan yang terpenting, menguatkan iman para murid yang telah bertobat. Ayat ini menjadi bukti nyata dari dedikasi dan ketekunan para rasul dalam memberitakan Kabar Baik, menghadapi tantangan, dan terus berjalan sesuai dengan pimpinan Roh Kudus. Perjalanan ini adalah bagian dari narasi besar tentang bagaimana iman Kristen menyebar dari Yerusalem ke seluruh penjuru dunia, sebuah misi yang dimulai oleh para rasul seperti Paulus, Priskila, dan Akwila.