"Dan ia mulai mengajar di sinagoge. Ketika Priskila dan Akwila mendengar perkataannya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan menjelaskan kepadanya jalan Allah dengan lebih teliti."
Kisah Para Rasul 18:26 membuka sebuah jendela unik ke dalam dinamika pertumbuhan rohani dan pengajaran dalam komunitas Kristen perdana. Ayat ini memperkenalkan kita pada sosok **Apolos**, seorang Yahudi yang cakap dan bersemangat, serta memiliki pengetahuan yang luas mengenai Kitab Suci. Ia adalah seorang orator ulung yang mampu berbicara dengan fasih, dan ajaran-ajarannya sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang Yohanes Pembaptis. Kehadirannya di Efesus membawa semangat baru, dan banyak orang Yahudi serta non-Yahudi yang mendengarkan kesaksiannya.
Namun, meskipun Apolos memiliki semangat dan pengetahuan yang kuat, ia belum sepenuhnya memahami ajaran mengenai Yesus Kristus dan karya-Nya. Pengetahuannya tentang jalan Allah masih terbatas pada ajaran Yohanes Pembaptis, yang memang merupakan pendahulu yang penting, tetapi belum sampai pada kesaksian penuh tentang Mesias yang telah datang. Di sinilah peran penting dari pasangan suami istri, **Priskila dan Akwila**, menjadi sangat menonjol. Mereka adalah pribadi yang telah lebih dulu mengenal dan menerima ajaran Kristus secara penuh, dan mereka memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang Injil.
Ketika Priskila dan Akwila mendengar Apollos berbicara di sinagoge, mereka tidak hanya mengagumi kefasihannya, tetapi juga melihat potensi besar yang ada dalam dirinya. Alih-alih mengkritik atau mengabaikan kekurangan pengetahuannya, mereka memilih pendekatan yang penuh kasih dan membangun. Mereka mendekatinya, membawanya ke rumah mereka, dan dengan sabar serta teliti menjelaskan kepadanya "jalan Allah dengan lebih teliti." Tindakan ini menunjukkan sebuah prinsip penting dalam pengajaran Kristen: pentingnya akurasi teologis yang disampaikan dengan kelembutan dan dukungan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa pengetahuan saja tidak cukup. Diperlukan pemahaman yang benar dan lengkap tentang kebenaran firman Tuhan. Priskila dan Akwila, meskipun mungkin bukan pengkhotbah publik seperti Apolos, memiliki peran yang sama pentingnya, bahkan mungkin lebih, dalam memastikan kebenaran Injil terus tersebar dengan akurat. Mereka menjadi mentor bagi Apolos, membantunya memperluas wawasan rohaninya dan memperdalam pengenalannya akan Kristus. Ini adalah contoh nyata dari komunitas yang saling membangun dan mendukung, di mana setiap orang dipanggil untuk berkontribusi sesuai dengan karunia dan pemahamannya.
Keberanian Apolos untuk terus belajar dan menerima koreksi, serta kerendahan hati Priskila dan Akwila dalam berbagi pengetahuan mereka, menjadi inspirasi. Kisah rasul 18 ayat 26 ini mengingatkan kita bahwa pengajaran dan pertumbuhan rohani adalah sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada yang terlalu tua atau terlalu berpengalaman untuk terus belajar dan dibimbing, terutama ketika menyangkut kebenaran firman Tuhan. Melalui interaksi yang tulus dan penuh kasih ini, Apolos menjadi lebih efektif dalam pelayanannya, mampu memberikan kesaksian yang lebih lengkap dan akurat tentang Yesus Kristus kepada orang banyak.
Peran Priskila dan Akwila dalam membimbing Apolos adalah bukti bahwa pengajaran yang benar seringkali terjadi dalam lingkungan yang intim dan personal. Mereka mengambil langkah proaktif untuk berbagi pengetahuan mereka, menunjukkan bahwa setiap anggota jemaat memiliki peran dalam memastikan kebenaran Injil terjaga. Ini adalah pengingat bahwa pertumbuhan rohani adalah sebuah upaya kolektif yang membutuhkan baik pengajaran yang kuat maupun bimbingan yang penuh kasih.