"Dan setelah ia berhasrat untuk menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di situ menulis surat kepada murid-murid di sana, supaya mereka menyambut dia; dan sesampainya di sana, ia memberikan sumbangan besar kepada mereka yang beriman dengan jalan kasih karunianya."
Ayat Kisah Para Rasul 18:27 ini memberikan gambaran penting mengenai dinamika pelayanan Rasul Paulus dan bagaimana komunitas Kristen saling mendukung dalam perjalanan misi. Setelah mengalami berbagai tantangan dan kesaksian di Korintus, Paulus memiliki niat untuk melanjutkan perjalanannya ke wilayah Akhaya. Wilayah ini mencakup kota-kota penting seperti Korintus sendiri, Tesalonika, dan Berea, yang merupakan pusat-pusat penting bagi penyebaran Injil di Yunani.
Keputusan Paulus untuk melanjutkan pelayanannya bukanlah sebuah keputusan yang ia ambil secara terisolasi. Ayat ini secara eksplisit menyebutkan bahwa "saudara-saudara di situ menulis surat kepada murid-murid di sana, supaya mereka menyambut dia." Hal ini menunjukkan adanya koordinasi dan komunikasi yang erat antar gereja dan para pelayan Tuhan. Surat-surat ini berfungsi sebagai surat pengantar dan rekomendasi, memastikan bahwa Paulus diterima dengan baik dan bahwa ajarannya diakui oleh komunitas di Akhaya. Ini adalah bukti dari kesatuan gereja, meskipun terpisah oleh jarak geografis, mereka terikat oleh iman yang sama dan tujuan yang mulia.
Lebih dari sekadar pengakuan dan penerimaan, ayat ini juga menyoroti aspek dukungan material. Disebutkan bahwa setibanya di Akhaya, Paulus "memberikan sumbangan besar kepada mereka yang beriman dengan jalan kasih karunianya." Frasa "sumbangan besar" (atau "sumbangan yang berlimpah" dalam terjemahan lain) mengindikasikan bahwa Paulus tidak hanya menerima dukungan, tetapi juga mampu memberikan bantuan finansial kepada saudara-saudara seiman di sana. Ini bisa berarti beberapa hal:
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya membangun hubungan yang kuat antar gereja dan individu dalam tubuh Kristus. Dukungan spiritual melalui doa dan surat pengantar, serta dukungan material melalui pemberian, adalah elemen krusial dalam melanjutkan Amanat Agung. Paulus, yang seringkali melakukan perjalanan jauh dan menghadapi kesulitan, selalu memiliki jaringan dukungan yang kuat, dan ia sendiri juga menjadi sumber dukungan bagi orang lain. Ini adalah gambaran indah tentang komunitas Kristen yang saling mengasihi dan membangun, mencerminkan kasih Tuhan dalam tindakan nyata.
Kisah Rasul 18:27 menginspirasi kita untuk melihat bagaimana iman bekerja melalui kasih. Dukungan yang diberikan Paulus bukan hanya berbentuk pengajaran rohani, tetapi juga perwujudan kasih yang nyata melalui pemberian materi. Ini menjadi teladan bagi gereja-gereja masa kini untuk senantiasa saling menguatkan, baik dalam doa maupun dalam tindakan nyata, demi penyebaran Injil dan kesejahteraan saudara seiman.
Pelayanan Rasul Paulus selalu ditandai dengan semangat pengorbanan dan dukungan timbal balik. Kisah ini menggarisbawahi bahwa misi Injil adalah upaya bersama yang membutuhkan keterlibatan seluruh elemen tubuh Kristus.