Kisah Rasul 19:14

Perjuangan Paulus Melawan Roh Jahat

"Dan ada juga tujuh anak laki-laki Skewa, seorang kepala imam Yahudi, melakukan hal yang sama." (Kisah Rasul 19:14)

Kisah Rasul pasal 19 mengisahkan tentang aktivitas Paulus di Efesus, sebuah kota besar yang kaya akan budaya dan religiusitas. Di kota ini, Paulus mendapati sejumlah pengikut yang baru mengenal ajaran Kristus, namun tampaknya pemahaman mereka belum sepenuhnya utuh. Salah satu momen paling dramatis terjadi ketika Paulus berhadapan dengan praktik-praktik yang mencoba memanfaatkan nama Yesus Kristus untuk kepentingan pribadi, terutama dalam pengusiran roh-roh jahat.

Ayat 14 dari pasal ini secara spesifik menyoroti upaya sekelompok orang yang mencoba meniru kuasa yang dimiliki oleh para rasul. Disebutkan bahwa ada tujuh anak laki-laki dari seorang bernama Skewa, yang memegang posisi penting sebagai kepala imam Yahudi, mencoba mengusir roh jahat dengan memanggil nama "Yesus yang diinjili oleh Paulus". Ini menunjukkan sebuah kesalahpahaman mendasar mengenai otoritas dan kuasa ilahi yang bersumber dari iman yang benar dan hubungan pribadi dengan Kristus, bukan sekadar hafalan nama atau ritual.

Peristiwa ini menggambarkan adanya ilusi kekuasaan di antara sebagian orang pada masa itu. Mereka melihat efektivitas yang ditunjukkan oleh Paulus dan rasul-rasul lainnya dalam mengusir roh jahat, namun mereka mencoba mereplikasinya tanpa memiliki fondasi spiritual yang memadai. Mereka menganggap bahwa dengan mengucapkan nama Yesus, mereka akan memiliki kuasa yang sama. Namun, kenyataannya jauh dari itu. Roh jahat yang dihadapi oleh anak-anak Skewa ternyata mengenali mereka, dan yang lebih penting, tidak memiliki rasa hormat atau takut kepada mereka. Roh itu justru balik menyerang dan mengalahkan mereka, membuat mereka lari dalam keadaan telanjang dan terluka. Ini adalah bukti nyata bahwa kuasa sejati hanya ada dalam nama Yesus Kristus yang dipercayai dan dihormati dengan segenap hati, bukan sekadar diucapkan di bibir.

Kisah ini menjadi pelajaran penting bagi gereja perdana dan juga bagi kita hingga kini. Iman bukanlah sekadar praktik seremonial atau penggunaan nama suci sebagai jimat. Iman adalah kepercayaan yang hidup dan rela menyerahkan diri kepada Kristus, yang memberikan otoritas kepada orang percaya untuk berdiri melawan kekuatan kegelapan. Anak-anak Skewa belajar dengan cara yang sangat pahit bahwa ada perbedaan besar antara mengetahui nama Yesus dan memiliki hubungan yang hidup dengan Dia. Kemenangan rohani yang sejati tidak datang dari peniruan atau trik, melainkan dari ketaatan, kerendahan hati, dan keyakinan yang teguh kepada Tuhan.