Kisah Rasul 19:34

Tetapi setelah mereka tahu, bahwa ia orang Yahudi, teriak mereka bersama-sama selama kira-kira dua jam: "Besar hera Artemi orang Efesus!"

Kisah Rasul 19:34 membawa kita pada sebuah momen dramatis di kota Efesus, salah satu pusat kebudayaan dan keagamaan di Asia Kecil pada masa itu. Kejadian ini merupakan puncak dari ketegangan yang telah dibangun oleh kerasulan Paulus di kota tersebut. Paulus, yang telah berdiam di Efesus selama kurang lebih tiga tahun, dengan gigih mengajarkan Injil Kristus, membawa perubahan signifikan dalam kehidupan banyak orang. Ia berkhotbah di sinagoge, di tempat umum, dan di sekolah Tirani, yang menyebabkan banyak orang meninggalkan praktik-praktik perdukunan dan penyembahan berhala mereka. Dampak ajaran Paulus tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga ekonomi dan sosial.

Dalam pasal 19 Kitab Kisah Para Rasul, kita menemukan bagaimana pengajaran Paulus mulai mengganggu stabilitas ekonomi para pengrajin perak yang menggantungkan hidup mereka pada pembuatan patung dewi Artemis. Demetrius, seorang pengrajin perak yang cukup berpengaruh dan kemungkinan besar adalah pemimpin serikat pekerja perak di Efesus, merasa bahwa popularitas ajaran Paulus mengancam mata pencaharian dan bisnisnya. Patung dewi Artemis adalah ikon utama di Efesus, sebuah kuil megah didedikasikan untuknya, dan bisnis pembuatan miniatur patung serta perhiasan terkait Artemis adalah sumber pendapatan yang sangat besar bagi banyak orang.

Demetrius mengumpulkan para pengrajin lainnya dan membakar semangat mereka dengan mengatakan bahwa Paulus tidak hanya merendahkan agama mereka, tetapi juga mengancam akan melucuti kemuliaan Artemis, dewi yang mereka puja dan yang dipuja oleh seluruh Asia dan dunia. Ia menekankan bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan dan penghormatan mereka. Kata-kata Demetrius berhasil menyulut kemarahan dan ketakutan di hati para pengrajin. Mereka melihat ajaran Paulus sebagai ancaman langsung terhadap tradisi, kepercayaan, dan cara hidup mereka.

Akibatnya, terjadilah kerumunan besar yang menyerbu tempat pertunjukan umum, tempat Paulus sering mengajar. Mereka menyeret dua orang rekan Paulus, Gayus dan Aristarkhus, yang berasal dari Makedonia. Kerumunan yang mengamuk ini meneriakkan satu nama berulang kali: "Besar hera Artemi orang Efesus!" Mereka berteriak dengan penuh semangat, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh penyembahan berhala dan betapa besarnya kemarahan yang muncul ketika kepercayaan mereka diganggu. Ayub Alkitab yang kita soroti, Kisah Rasul 19:34, mencatat puncak dari kekacauan ini.

Ayat ini menggambarkan bagaimana massa yang dipengaruhi oleh Demetrius, setelah menyadari bahwa Paulus adalah seorang Yahudi, semakin berapi-api. Kemarahan mereka tidak hanya dipicu oleh ancaman terhadap bisnis mereka, tetapi juga diperparah oleh prasangka dan permusuhan yang sering kali ada terhadap orang Yahudi. Teriakan berulang-ulang selama kurang lebih dua jam menunjukkan betapa kuatnya emosi yang dikuasai oleh keyakinan tradisional dan ketakutan akan perubahan. Ini adalah bukti nyata bagaimana kekuatan iman dan pengaruh ajaran Injil dapat menimbulkan reaksi keras dari pihak yang merasa terancam, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun agama. Kisah ini mengajarkan kita tentang tantangan yang dihadapi oleh para pewarta Injil dan bagaimana keyakinan dapat memicu pergerakan massa.