"Karena hal-hal ini, kamu harus menenangkan diri dan tidak bertindak gegabah."
Kisah Para Rasul 19:36 terucap dalam sebuah momen dramatis di kota Efesus. Kisah ini berlatar belakang ketika rasul Paulus sedang memberitakan Injil, yang membawa perubahan besar bagi banyak orang, termasuk Demetrius, seorang perajin perak yang menghasilkan kuil Dewi Artemis. Pendapatan Demetrius dan para perajin lainnya terancam oleh ajaran Paulus yang dianggap menghina dewi mereka. Akibatnya, mereka mengadakan keributan dan mengumpulkan massa untuk menyerang Paulus.
Dalam kekacauan yang terjadi, ketika orang banyak yang marah berteriak, "Besarlah Artemis dewi orang Efesus!" selama berjam-jam, seorang pejabat kota yang bijaksana tampil ke depan. Dialah yang kemudian mengucapkan ayat kunci ini, "Karena hal-hal ini, kamu harus menenangkan diri dan tidak bertindak gegabah."
Ayat ini bukan sekadar peringatan untuk tidak terburu-buru, tetapi lebih dalam lagi, ia menyoroti kekuatan kebenaran yang tak terhindarkan. Meskipun massa begitu emosional dan didorong oleh keyakinan yang kuat pada dewi mereka, pejabat kota itu mengingatkan mereka bahwa tindakan gegabah tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, ketenangan dan pertimbangan yang matang diperlukan untuk menghadapi situasi yang kompleks seperti ini.
Ajaran Paulus, meskipun menimbulkan gejolak, pada dasarnya membawa pesan kebenaran yang universal dan spiritual. Di tengah gejolak emosi dan amarah, ayat ini menjadi pengingat bahwa kebenaran, meskipun terkadang menakutkan atau mengganggu bagi pihak yang merasa dirugikan, pada akhirnya memiliki dasar yang kuat. Kebenaran yang disampaikan Paulus tidak dapat dibantah hanya dengan teriakan massa atau demonstrasi kekuatan.
Kisah ini dan ayat 19:36 memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan kita saat ini. Di era informasi yang serba cepat, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam pandangan dan klaim kebenaran. Penting bagi kita untuk tidak mudah terombang-ambing oleh emosi atau opini publik yang belum terverifikasi. Seperti pejabat kota di Efesus, kita perlu menenangkan diri, menggunakan akal sehat, dan mencari kebenaran yang sesungguhnya.
Dalam menghadapi perbedaan pendapat, baik dalam skala personal, sosial, maupun global, sikap gegabah hanya akan memperkeruh keadaan. Memanggil untuk ketenangan dan peninjauan fakta yang cermat adalah langkah bijak. Kebenaran yang kokoh, seperti kebenaran Injil yang dibawa Paulus, pada akhirnya akan membuahkan hasil yang kekal, terlepas dari reaksi sementara dari dunia. Kisah Rasul 19:36 mengajarkan kita untuk menghargai ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi pergolakan, serta keyakinan pada kebenaran yang tak tergoyahkan.
Peristiwa di Efesus ini menunjukkan bahwa meskipun kebenaran dapat menimbulkan pertentangan, ia memiliki kekuatan intrinsik. Pengingat untuk tidak bertindak gegabah adalah kunci untuk memahami dan bertindak dengan bijak, memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada pemikiran yang jernih, bukan pada kepanikan atau kemarahan sesaat. Kebenaran yang kuat tidak membutuhkan kekerasan atau kebisingan yang berlebihan untuk membuktikan dirinya.