"baik orang-orang Partia, Media, Elam, maupun penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libya yang berdekatan dengan Kirene, orang-orang Roma yang sedang berlibur, baik orang Yahudi maupun orang yang baru masuk Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka speaking in our own tongues the wonderful works of God."
Mukjizat Pentakosta, sebagaimana dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 2, merupakan peristiwa yang sangat transformatif bagi para pengikut Yesus Kristus. Ayat 10 secara khusus menyoroti keanekaragaman audiens yang menjadi saksi peristiwa luar biasa ini. Pada hari Pentakosta, seratus dua puluh murid berkumpul di Yerusalem, dan tiba-tiba turunlah Roh Kudus atas mereka seperti lidah-lidah api. Ini bukan sekadar peristiwa spiritual, melainkan manifestasi ilahi yang mampu melampaui batas-batas bahasa dan kebangsaan.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, "baik orang-orang Partia, Media, Elam, maupun penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libya yang berdekatan dengan Kirene, orang-orang Roma yang sedang berlibur, baik orang Yahudi maupun orang yang baru masuk Yahudi, orang Kreta dan orang Arab". Daftar ini mencakup individu-individu dari berbagai penjuru dunia yang dikenal pada masa itu. Mereka datang dari pusat-pusat budaya dan geografis yang berbeda, masing-masing membawa latar belakang dan tradisi mereka sendiri. Kehadiran mereka di Yerusalem pada hari itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan pengaturan ilahi untuk menjadi saksi pembukaan era baru dalam sejarah keselamatan.
Keajaiban sesungguhnya terjadi ketika para murid, yang dipenuhi Roh Kudus, mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Ini adalah respons langsung terhadap kehadiran para peziarah dari berbagai bangsa. Mereka tidak hanya berbicara dalam bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang, tetapi mereka juga menyatakan "pekerjaan-pekerjaan besar Allah". Ini menegaskan bahwa mukjizat ini bukan sekadar demonstrasi kekuatan supernatural, melainkan sarana untuk menyebarkan pesan Injil secara efektif kepada semua orang, tanpa memandang asal-usul mereka. Roh Kudus bertindak sebagai penerjemah universal, menjembatani kesenjangan linguistik dan memungkinkan setiap orang untuk mendengar dan memahami berita keselamatan dalam bahasa ibunya sendiri.
Kisah ini mengajarkan kita tentang inklusivitas kerajaan Allah. Pentakosta menandai permulaan gereja, sebuah komunitas yang tidak dibatasi oleh etnis, kebangsaan, atau bahasa. Sebaliknya, ia merangkul semua orang yang percaya kepada Kristus. Keanekaragaman yang ditampilkan dalam Kisah Para Rasul 2:10 adalah gambaran foreshadowing dari gereja yang akan terus tumbuh dan menyebar ke seluruh dunia. Roh Kudus memberdayakan para pengikut-Nya untuk menjadi saksi yang efektif, mengatasi hambatan komunikasi dan budaya. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa pekerjaan Allah bersifat universal dan dapat dijangkau oleh siapa saja, di mana saja, dan dari latar belakang apa pun. Keanekaragaman adalah ciri khas dari gereja yang sejati, dan Roh Kudus adalah kekuatan yang menyatukan dan menggerakkan kita. Peristiwa ini adalah bukti nyata bahwa Allah bekerja melalui berbagai cara untuk membawa pesan-Nya kepada seluruh umat manusia, menunjukkan kasih dan kuasa-Nya yang melimpah.