Kisah Rasul 23-25: Iman Tak Tergoyahkan di Tengah Badai

"Tetapi Tuhanku berdiri di sampingku dan menguatkan aku, supaya oleh dia kabar berita boleh disampaikan sepenuhnya kepada semua orang non Yahudi, dan supaya aku dapat didengar oleh semua bangsa. Dan aku terlepas dari mulut singa." (Kisah Para Rasul 26:17)

Pasal 23 hingga 25 dalam Kitab Kisah Para Rasul membawa kita pada perjalanan penuh gejolak yang dialami Rasul Paulus. Setelah insiden di Bait Suci Yerusalem yang menyebabkan penangkapannya, Paulus menghadapi serangkaian persidangan dan interogasi yang menguji ketahanan iman dan keberaniannya. Kisah ini adalah bukti nyata bagaimana iman yang teguh dapat bertahan di tengah badai persekusi dan ketidakadilan.

Dalam Kisah Para Rasul 23, kita melihat Paulus berdiri di hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin). Dengan hikmat ilahi, ia berhasil menciptakan perpecahan di antara para Farisi dan Saduki dengan menyatakan dirinya sebagai pengikut ajaran Farisi. Pernyataan ini disambut dengan keributan, menunjukkan bahwa bahkan di antara para pemimpin agama, ada perbedaan pandangan yang tajam, dan kebenaran bisa menjadi alat pemecah belah namun juga pelindung bagi mereka yang memegangnya. Ketidakamanan berlanjut, bahkan ada rencana pembunuhan terhadap Paulus yang berhasil digagalkan berkat informasi dari keponakannya.

Perjalanan Paulus berlanjut ke Kaisarea, di mana ia diadili oleh Gubernur Feliks. Di sini, pembelaan Paulus begitu kuat dan logis sehingga Feliks, meskipun terkesan, menunda keputusannya dan menahan Paulus untuk menghindari masalah dengan orang Yahudi. Selama masa penahanan ini, Paulus tidak tinggal diam. Ia terus memberitakan Injil, bahkan kepada Feliks dan istrinya, Drusila. Ini menunjukkan komitmen Paulus yang tak tergoyahkan untuk menyebarkan kabar baik, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Selanjutnya, di Kisah Para Rasul 24, Paulus dihadapkan pada Gubernur Festus. Sekali lagi, para pemimpin Yahudi menuntut hukuman bagi Paulus. Dalam momen krusial ini, Paulus menggunakan haknya sebagai warga negara Romawi dan naik banding kepada Kaisar. Keputusan ini membawa Paulus pada perjalanan yang tak terduga ke Roma. Pembelaan Paulus di hadapan Raja Agripa II, seperti yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 25 dan bagian awal pasal 26, adalah salah satu kesaksian paling kuat dalam Perjanjian Baru. Ia dengan jelas menceritakan perubahan hidupnya dari penganiaya menjadi pengikut Kristus, serta misinya untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa.

Kutipan dari Kisah Para Rasul 26:17, "Tetapi Tuhanku berdiri di sampingku dan menguatkan aku, supaya oleh dia kabar berita boleh disampaikan sepenuhnya kepada semua orang non Yahudi, dan supaya aku dapat didengar oleh semua bangsa. Dan aku terlepas dari mulut singa," merangkum esensi dari pengalaman Paulus. Meskipun dihadapkan pada ancaman, pengadilan, dan bahkan penolakan, imannya kepada Tuhan tidak pernah goyah. Tuhan sendiri yang menjadi sumber kekuatannya, memampukannya untuk tetap teguh dalam kesaksiannya. Kisah ini bukan hanya tentang ketekunan seorang rasul, tetapi juga tentang kekuatan janji Tuhan yang selalu menyertai umat-Nya, memberikan keberanian dan kemampuan untuk menghadapi segala bentuk tantangan demi menyebarkan firman-Nya. Ini adalah kisah tentang iman yang tak terpadamkan, sebuah inspirasi abadi bagi setiap orang yang menghadapi kesulitan dalam perjalanan iman mereka.