Kisah Rasul 26:15 - Panggilan Kristus yang Mengubah Hidup

"Tetapi firman-Nya: 'Akulah Yesus, yang kau aniaya itu.'"

Simbol Kristus sebagai terang dan panduan

Simbol visual yang merepresentasikan Kristus sebagai sumber cahaya dan penuntun.

Kisah Rasul pasal 26 merupakan momen krusial dalam kehidupan Rasul Paulus. Di hadapan Raja Agripa, Paulus menceritakan kembali pengalamannya yang luar biasa, termasuk pertemuannya dengan Yesus di jalan menuju Damsik. Ayat 15, "Tetapi firman-Nya: 'Akulah Yesus, yang kau aniaya itu,'" adalah inti dari kesaksian Paulus. Ini bukan sekadar pengakuan, melainkan sebuah penyingkapan kebenaran yang mengguncang fondasi keyakinan Paulus yang semula. Sebelum peristiwa ini, Paulus adalah Saulus, seorang Farisi yang taat, yang dengan semangat membela Taurat Musa. Ia memandang pengikut Yesus sebagai penyesat dan rela melakukan segala cara untuk menumpas gerakan yang dianggapnya sesat tersebut. Ia bahkan terlibat dalam penganiayaan dan pembunuhan para pengikut Kristus.

Namun, di tengah perjalanan menuju Damsik, dengan otoritas penuh untuk menangkap dan memenjarakan orang-orang Kristen di sana, sebuah cahaya dari langit menyilaukan dia. Ia jatuh ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya. Suara itu adalah suara Yesus sendiri, yang menegur Paulus dengan kata-kata yang penuh kuasa dan kebenaran: "Akulah Yesus, yang kau aniaya itu." Kata-kata ini pasti menimbulkan badai emosi dan kebingungan dalam diri Paulus. Bagaimana mungkin Yesus, yang ia yakini telah mati dan dikuburkan, kini berbicara kepadanya? Bagaimana mungkin Ia menuduhnya menganiaya diri-Nya, padahal Paulus merasa sedang bertindak sesuai dengan kehendak Allah?

Pernyataan Yesus ini menandai titik balik fundamental dalam hidup Paulus. Ia menyadari bahwa dengan menganiaya pengikut Kristus, ia sebenarnya sedang menganiaya Kristus sendiri. Ini adalah pemahaman baru yang revolusioner. Paulus tidak lagi melihat kekristenan sebagai ancaman terhadap imannya, melainkan sebagai kebenaran yang ia sangkal. Peristiwa ini bukan hanya sebuah pengalaman mistis, tetapi sebuah penegasan ilahi tentang identitas Yesus sebagai Tuhan dan Anak Allah, serta tentang hubungan erat antara Kristus dan gereja-Nya. Penganiayaan terhadap gereja adalah penganiayaan terhadap Kristus.

Panggilan ini tidak hanya menghentikan persekusi Paulus, tetapi juga mengubah arah hidupnya secara drastis. Dari seorang penganiaya yang gigih, Paulus bertransformasi menjadi rasul yang paling gigih dalam memberitakan Injil Kristus. Ia menjadi pembela terdepan iman Kristen, menulis banyak surat yang membentuk bagian penting dari Perjanjian Baru, dan menyebarkan kabar baik ke seluruh dunia Romawi. Kisah ini mengajarkan kita bahwa bahkan orang yang paling menentang kebenaran pun dapat dijangkau oleh kasih dan kuasa Allah. Panggilan Kristus memiliki kekuatan untuk mereformasi, mengubahkan, dan mengutus kita untuk melayani-Nya. Perjumpaan di jalan menuju Damsik adalah bukti nyata bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh untuk dijangkau oleh Tuhan, dan bahwa panggilan-Nya selalu disertai dengan tujuan yang mulia.