"Oleh karena itu, ya Raja Agripa, aku tidak menentang penglihatan surgawi itu.
Tetapi mula-mula kepada mereka yang di Damsyik, kemudian kepada mereka yang di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan akhirnya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku memberitakan, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu."
Ayat dari Kisah Rasul 26:19 merupakan salah satu pernyataan paling kuat dan ringkas dari Santo Paulus mengenai esensi pelayanannya. Setelah bertahun-tahun berjuang melawan kekristenan dan kemudian mengalami perjumpaan transformatif dengan Yesus Kristus di jalan menuju Damsyik, Paulus diutus dengan sebuah mandat yang jelas. Penglihatan surgawi yang ia terima bukanlah sekadar pengalaman mistis, melainkan sebuah perintah ilahi yang membentuk seluruh arah hidup dan pelayanannya. Dalam ayat ini, Paulus menegaskan kepada Raja Agripa dan para pendengarnya bahwa ia tidak mengabaikan atau menentang arahan yang diberikan kepadanya. Sebaliknya, ia menjalaninya dengan kesungguhan dan ketekunan.
Perintah untuk "bertobat dan berbalik kepada Allah" adalah inti dari pemberitaan Injil. Pertobatan, dalam konteks ini, bukanlah sekadar penyesalan atas dosa, melainkan sebuah perubahan pikiran, hati, dan arah hidup yang radikal. Ini berarti meninggalkan cara hidup lama yang berdosa dan berpaling kepada Allah dengan iman dan penyerahan diri. Paulus memahami bahwa pertobatan yang sejati tidak berhenti pada perasaan atau pengakuan, melainkan harus dimanifestasikan melalui "pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu." Ini adalah poin krusial yang seringkali terlewatkan. Pertobatan yang tulus akan terlihat dari perubahan perilaku, tindakan kasih, pelayanan kepada sesama, dan gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Paulus memberitakan pesan ini secara progresif. Dimulai dari Damsyik, tempat di mana ia pertama kali diubahkan, kemudian ke Yerusalem, pusat agama Yahudi, dan akhirnya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi di seluruh wilayah Yudea. Ini menunjukkan jangkauan universal dari Injil. Pesan pertobatan dan perubahan hidup ini ditujukan kepada semua orang, tanpa terkecuali. Tidak peduli latar belakang sosial, etnis, atau agama, setiap individu dipanggil untuk merespons panggilan Allah. Paulus menjadi teladan yang luar biasa dalam menjalankan mandat ini. Ia menghadapi penolakan, penganiayaan, dan penderitaan yang luar biasa, namun ia tetap teguh dalam kesaksiannya, karena ia tahu persis apa yang telah diperintahkan kepadanya.
Kisah Rasul 26:19 mengingatkan kita bahwa iman Kristen bukanlah sekadar keyakinan pasif, melainkan sebuah panggilan untuk tindakan aktif. Pertobatan yang kita alami harus mendorong kita untuk hidup berbeda, untuk menunjukkan kasih Kristus kepada dunia melalui perkataan dan perbuatan kita. Seperti Paulus, kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, memberitakan kabar baik dan mengajak orang lain untuk berbalik kepada Allah. Ini adalah tugas yang menuntut keberanian, ketekunan, dan kesetiaan. Dengan merenungkan ayat ini, kita diajak untuk memeriksa apakah hidup kita benar-benar mencerminkan pertobatan yang telah kita nyatakan, dan apakah kita secara aktif mewujudkan "pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu" dalam kehidupan sehari-hari. Pesan Paulus ini tetap relevan hingga kini, menjadi panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup dalam ketaatan yang memuliakan nama Tuhan.