"Justru karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Suci dan mencoba membunuh aku."
Ayat ini merupakan bagian dari pidato pembelaan panjang yang disampaikan oleh Rasul Paulus di hadapan Raja Agripa II. Dalam kesaksiannya, Paulus menceritakan kembali pengalaman hidupnya, bagaimana ia berubah dari seorang penganiaya jemaat menjadi pewarta Injil yang gigih. Ayat 21 ini menyoroti tantangan dan permusuhan yang ia hadapi dari sesama bangsanya, orang-orang Yahudi, yang menganggap ajarannya sebagai penghinaan terhadap Taurat dan tradisi mereka.
Paulus menjelaskan bahwa penangkapan dan upaya pembunuhan yang dialaminya di Bait Suci Yerusalem adalah bukti nyata dari penolakan keras terhadap pelayanannya. Ini bukanlah kejadian yang berdiri sendiri, melainkan puncak dari serangkaian konflik yang ia hadapi sejak ia menerima panggilan dari Kristus. Bagi banyak orang Yahudi pada masa itu, ajaran Paulus tentang Yesus sebagai Mesias dan kebangkitan-Nya adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Mereka melihat Paulus sebagai seorang pengkhianat dan pelanggar hukum Musa.
Kisah Rasul 26:21 mengingatkan kita bahwa pelayanan yang sejati seringkali dibayar dengan pengorbanan dan penderitaan. Paulus tidak gentar menghadapi bahaya, bahkan nyawa terancam. Ia terus bersaksi tentang Kristus, bukan karena ia mencari popularitas atau kemuliaan duniawi, melainkan karena ia yakin akan kebenaran Injil yang ia beritakan. Baginya, Kristus adalah segalanya, dan panggilan untuk memberitakan kabar baik itu lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri.
Kisah ini juga menunjukkan keberanian Paulus dalam membela imannya. Di hadapan raja, gubernur, dan orang-orang penting, ia tidak ragu untuk menceritakan bagaimana Tuhan telah bekerja dalam hidupnya. Ia tidak memutarbalikkan fakta, namun menyajikan kebenaran dengan jelas, meskipun itu berarti ia harus menghadapi lagi permusuhan yang sama.
Meskipun banyak yang menentang dan berusaha membunuhnya, semangat Paulus untuk memberitakan Injil tidak pernah padam. Ia menyadari bahwa penderitaannya itu merupakan bagian dari rencana Tuhan, yang justru akan membawa kesaksiannya semakin luas. Ia bahkan pernah berkata, "Sebab itu aku menerima dan melakukan segala sesuatu untuk orang-orang di Kreta dan di Pamfilia, supaya mereka mewartakan kabar baik itu." (Titus 1:5, konteks ayat 21 dapat dilihat secara lebih luas).
Kisah Rasul 26:21 bukan hanya tentang penderitaan Paulus, tetapi juga tentang ketahanan iman dan kesaksian yang tak tergoyahkan. Ia menjadi teladan bagi kita untuk tetap teguh dalam keyakinan kita, bahkan ketika menghadapi kesulitan. Permusuhan yang ia hadapi justru menjadi bukti kekuatan Injil yang ia bawa, sebuah kabar baik yang mampu mengubah hidup dan menghadapi penolakan yang paling keras sekalipun. Perjuangan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan pelayanannya yang luar biasa.
Simbol Pelayanan yang Gigih