Kisah Para Rasul 27 dan 29 mencatat momen krusial dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus, menampilkan bagaimana iman dan perlindungan ilahi bekerja bahkan di tengah badai dan bahaya.
Kisah Para Rasul pasal 27 mengisahkan perjalanan laut Paulus menuju Roma sebagai tahanan. Bersama ratusan orang lainnya, termasuk tentara Romawi dan awak kapal, Paulus menaiki sebuah kapal dagang. Pelayaran ini tidak berjalan mulus. Mereka menghadapi angin sakal dan kemudian terperangkap dalam badai yang dahsyat di Laut Mediterania. Cuaca buruk yang ekstrem membuat kapal nyaris karam, dan para awak kapal serta penumpang dilanda ketakutan luar biasa. Dalam situasi genting ini, rasul Paulus tampil sebagai figur yang tenang dan penuh keyakinan.
Meskipun keadaan tampak tanpa harapan, Paulus mengingatkan mereka bahwa tidak ada jiwa yang akan binasa, karena seorang malaikat Tuhan telah menampakkan diri kepadanya dan menyatakan bahwa mereka semua akan selamat, meskipun kapal itu akan tenggelam. Ia juga menasihati mereka untuk makan agar memiliki kekuatan, karena keselamatan mereka bergantung pada kelangsungan hidup semua orang di kapal. Kepercayaan Paulus pada janji Tuhan terbukti menjadi jangkar yang kokoh bagi banyak orang di tengah keputusasaan.
Setelah berhari-hari terombang-ambing di laut, akhirnya kapal mereka menabrak karang dan pecah. Namun, sesuai dengan nubuat Paulus, tidak ada satu pun jiwa yang hilang. Mereka berhasil mencapai daratan di pulau Malta. Pengalaman ini adalah ujian iman yang luar biasa, di mana Paulus menunjukkan kekuatan dan ketenangan yang berasal dari hubungannya dengan Tuhan, bahkan ketika dihadapkan pada kematian yang mengancam.
Setibanya di Malta, penduduk pulau itu menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa kepada para penumpang yang terdampar. Mereka menyalakan api untuk menghangatkan mereka yang kedinginan dan basah. Dalam salah satu kejadian, ketika Paulus mengumpulkan kayu bakar, seekor ular berbisa menggigit tangannya. Namun, Paulus tidak menunjukkan tanda-tanda keracunan. Sebaliknya, ia hanya mengguncangkan ular itu ke dalam api dan tidak menderita kerugian apa pun. Orang-orang Malta menyaksikan hal ini dan mulai percaya bahwa Paulus adalah seorang dewa.
Kehidupan di Malta tidak berhenti pada insiden ular itu. Paulus kemudian menggunakan waktu yang ada untuk melayani penduduk pulau tersebut. Ia menyembuhkan ayah Publius, kepala pulau, yang sedang menderita demam dan disentri. Kesembuhan itu membuka pintu bagi lebih banyak orang untuk datang dan disembuhkan. Pelayanan Paulus di Malta sangat efektif dan menjadi kesaksian yang kuat tentang kuasa Tuhan.
Setelah tiga bulan di Malta, Paulus dan rekan-rekannya akhirnya melanjutkan perjalanan mereka ke Roma. Kedatangan mereka di Roma menjadi awal dari babak pelayanan baru. Meskipun masih dalam status tahanan, Paulus tidak pernah berhenti memberitakan Injil. Ia mengundang para pemimpin Yahudi setempat untuk mendengarnya, dan meskipun beberapa tidak percaya, banyak yang menerima pesan Injil. Kisah Para Rasul berakhir dengan Paulus yang terus memberitakan Kerajaan Allah dan mengajarkan tentang Yesus Kristus dengan keberanian yang tak tergoyahkan, meskipun hidup dalam tahanan rumah.
Kisah rasul dalam pasal 27 dan 28 ini memberikan pelajaran berharga tentang ketahanan, iman yang teguh di tengah kesulitan, dan kuasa Allah yang bekerja melalui hamba-Nya untuk keselamatan dan kesaksian, bahkan dalam situasi yang paling tidak terduga.