Ulangan 18:17 - Nubuat tentang Mesias

"TUHAN, Allahku, akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku; kamulah yang akan mendengarkan dia."

Janji Ilahi tentang Seorang Nabi

Ayat Ulangan 18:17 adalah salah satu janji kenabian paling penting dalam Perjanjian Lama. Ayat ini diucapkan oleh Musa, pemimpin besar bangsa Israel, di ambang akhir kepemimpinannya. Ia sedang memberikan instruksi terakhir kepada umat pilihan Allah, mempersiapkan mereka untuk memasuki Tanah Perjanjian. Dalam konteks ini, Musa menyampaikan pesan yang sangat krusial dari Tuhan sendiri. Pesan ini bukan hanya tentang kepemimpinan Israel di masa depan, tetapi juga mengenai kedatangan sosok mesianik yang akan memimpin mereka menuju keselamatan dan kebenaran abadi.

Musa menyoroti kemiripan antara dirinya dan nabi yang akan datang. Keduanya akan menjadi perantara antara Allah dan umat-Nya, menerima firman Tuhan dan menyampaikannya kepada bangsa itu. Namun, nabi yang dijanjikan ini akan memiliki otoritas dan peran yang lebih besar. Ia bukan sekadar nabi, melainkan sosok yang diperintahkan oleh Allah untuk didengarkan sepenuhnya. Perintah "kamulah yang akan mendengarkan dia" menekankan pentingnya ketaatan dan penerimaan terhadap pesan yang akan dibawanya. Ini adalah sebuah mandat ilahi yang tidak bisa diabaikan.

Firman Tuhan Nabi yang Bangkit

Simbolisasi penyampaian firman dari Tuhan melalui seorang nabi.

Identitas Nabi yang Dijanjikan

Seiring berjalannya waktu, para nabi dan umat Israel yang setia selalu menanti-nantikan kedatangan sosok yang dinubuatkan ini. Pertanyaan pun muncul, siapakah nabi ini? Perjanjian Baru dengan tegas mengidentifikasi Yesus Kristus sebagai nabi yang dijanjikan dalam Ulangan 18:17. Para rasul, seperti Petrus dalam khotbahnya di Yerusalem (Kisah Para Rasul 3:22-23), secara eksplisit menghubungkan nubuat ini dengan Yesus. Yesus tidak hanya memenuhi peran seorang nabi yang menyampaikan firman Allah, tetapi Ia juga adalah Anak Allah, Mesias yang dijanjikan, yang datang untuk menebus dosa manusia.

Yesus adalah "sama seperti Musa," tetapi juga jauh melampaui dia. Musa memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan memberikan hukum Taurat. Namun, Yesus memimpin umat manusia keluar dari perbudakan dosa dan memberikan hukum kasih yang lebih tinggi. Ia bukan hanya perantara, tetapi juga korban penebusan itu sendiri. Ajaran-Nya, mukjizat-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya adalah bukti tak terbantahkan dari klaim-Nya sebagai nabi yang dijanjikan, serta lebih dari itu, sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Pentingnya Mendengarkan Sang Nabi

Perintah "kamulah yang akan mendengarkan dia" adalah inti dari pesan ini. Perintah ini berlaku tidak hanya bagi bangsa Israel pada zaman Musa, tetapi juga bagi setiap generasi yang hidup setelahnya, termasuk kita saat ini. Mendengarkan Yesus berarti menerima ajaran-Nya, mengikuti teladan-Nya, dan percaya pada karya penebusan-Nya. Ini adalah panggilan untuk menyerahkan hidup kita kepada-Nya dan hidup sesuai dengan kehendak Allah yang Ia nyatakan.

Dalam kesibukan dunia modern, seringkali sulit untuk benar-benar "mendengarkan" Yesus di tengah kebisingan informasi dan godaan duniawi. Namun, firman Tuhan dalam Ulangan 18:17 tetap relevan. Dengan mempelajari Kitab Suci, merenungkan ajaran-Nya, berdoa, dan bergabung dengan komunitas orang percaya, kita dapat lebih memahami dan menaati nabi yang diutus Allah ini. Menerima Yesus Kristus sebagai nabi agung yang datang untuk menyelamatkan kita adalah kunci keselamatan dan kehidupan yang berkelimpahan, sesuai dengan janji ilahi yang telah dinyatakan ribuan tahun lalu.