"Mereka menghormati kami dengan berbagai-bagai kehormatan dan setelah kami tiba di kapal, mereka membekali kami dengan barang-barang yang kami perlukan."
Kisah Para Rasul 28:10 menggambarkan momen penting setelah Paulus dan rekan-rekannya mengalami badai dahsyat dan terdampar di pulau Malta. Setelah perjuangan hidup yang menegangkan di laut, kedatangan mereka di daratan disambut bukan dengan ketidakpedulian atau permusuhan, melainkan dengan kebaikan hati yang luar biasa dari penduduk setempat. Ayat ini merangkum respons yang diberikan oleh penduduk Malta kepada para pelaut yang malang tersebut.
Fakta bahwa penduduk Malta "menghormati kami dengan berbagai-bagai kehormatan" menunjukkan betapa ramahnya mereka. Ini bukanlah sambutan basa-basi, melainkan tindakan nyata yang menunjukkan kepedulian dan belas kasih. Dalam konteks kesulitan yang dialami Paulus dan kawan-kawannya, yang mungkin datang tanpa perbekalan atau tempat tinggal yang memadai, kehormatan ini memiliki arti yang sangat besar. Mereka tidak hanya diterima, tetapi juga dihargai dan diperlakukan dengan martabat.
Lebih lanjut, ayat tersebut menegaskan bahwa kehormatan itu tidak berhenti pada sambutan awal. Ketika para pelaut ini siap untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan menaiki kapal lain, penduduk Malta tidak hanya membiarkan mereka pergi. Sebaliknya, mereka "membekali kami dengan barang-barang yang kami perlukan." Ini adalah tindakan kemurahan hati yang luar biasa. Mereka menyediakan apa pun yang dibutuhkan oleh Paulus dan rombongannya untuk perjalanan mereka selanjutnya. Hal ini bisa berarti makanan, air, pakaian, atau apa pun yang esensial untuk keselamatan dan kelancaran perjalanan laut.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya sikap WELAS ASIH dan KEMURAHAN HATI. Di tengah kesulitan, bahkan orang yang tidak dikenal pun bisa menunjukkan kebaikan yang tulus. Penduduk Malta, yang belum tentu memiliki keyakinan yang sama dengan Paulus, menunjukkan bahwa empati dan kasih sesama manusia adalah nilai universal yang dapat mengatasi perbedaan budaya atau keyakinan. Mereka melihat sesama manusia yang membutuhkan pertolongan dan merespons dengan tindakan nyata.
Dalam konteks pelayanan Paulus, peristiwa ini juga menunjukkan bagaimana Tuhan bekerja bahkan melalui orang-orang yang tidak mengenalnya. Meskipun Paulus adalah seorang rasul Tuhan, dia dan rekan-rekannya berada dalam situasi yang rentan. Namun, Tuhan mengatur agar mereka bertemu dengan orang-orang baik hati yang akan menolong mereka. Kebaikan yang ditunjukkan oleh penduduk Malta ini menjadi bagian dari pemeliharaan Tuhan bagi hamba-Nya, memungkinkan misi Injil terus berlanjut.
Kisah Para Rasul 28:10 menginspirasi kita untuk selalu siap menolong sesama yang membutuhkan, tanpa pandang bulu. Seringkali, tindakan kebaikan kecil dapat memiliki dampak yang besar bagi orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Mari kita teladani sikap penduduk Malta yang murah hati, sehingga kita dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Kebaikan ini tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga memberikan kepuasan batin bagi pemberi.
Kisah ini adalah pengingat bahwa di tengah tantangan hidup, harapan seringkali datang dari tempat yang tidak terduga, dan bahwa keramahan serta kepedulian dapat mengubah pengalaman yang sulit menjadi sebuah kesaksian tentang kebaikan manusia.