"Setibanya di sana, kami berlabuh di Puteoli, dekat kota Roma. Dari sana kami naik kapal ke Italia." (Kisah Para Rasul 28:12)
Kisah Para Rasul pasal 28 membawa kita pada sebuah narasi yang memukau tentang perjalanan akhir Rasul Paulus. Setelah mengalami badai dahsyat dan terdampar di pulau Malta, kisah ini menyoroti bagaimana kasih ilahi dan pertolongan tidak pernah berhenti menyertai para pelayan Tuhan, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun. Ayat 12 dari pasal ini, "Setibanya di sana, kami berlabuh di Puteoli, dekat kota Roma. Dari sana kami naik kapal ke Italia," menandai sebuah momen penting: transisi dari penderitaan menuju tempat tujuan yang dinanti-nantikan, yaitu Roma.
Setelah kapal yang membawa Paulus dan rombongannya karam, mereka menemukan perlindungan di pulau Malta. Penduduk pulau itu menunjukkan keramahan yang luar biasa, membantu mereka yang selamat dari tenggelam. Paulus sendiri bahkan digigit ular berbisa, namun ia tidak terpengaruh, menunjukkan kuasa ilahi yang melindunginya. Selama tiga bulan di Malta, Paulus tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga menggunakan waktunya untuk memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, dan menunjukkan kebaikan yang diajarkan oleh Kristus. Kebaikan yang ditunjukkan oleh penduduk Malta menjadi dasar bagi sambutan hangat yang mereka terima ketika akhirnya siap melanjutkan perjalanan.
Ayat 28:12 secara spesifik mencatat permulaan perjalanan mereka dari Puteoli. Puteoli, yang dikenal sebagai pelabuhan penting di Italia bagian selatan, menjadi titik transit bagi mereka yang datang melalui laut. Fakta bahwa mereka berlabuh di sana menunjukkan bahwa perjalanan mereka di laut telah berakhir, dan kini mereka siap untuk menapakkan kaki di daratan Italia, semakin dekat dengan ibu kota kekaisaran Romawi. Perjalanan dari Malta ke Puteoli ini kemungkinan besar dilakukan dengan kapal lain yang bersedia menampung mereka, menunjukkan bahwa bahkan di tengah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, ada selalu jalan yang terbuka.
Titik keberangkatan dari Puteoli ini sangat signifikan. Ini adalah langkah terakhir sebelum Paulus mencapai tujuannya: Roma. Di Roma, Paulus akan menghadap Kaisar, sebuah bagian penting dari pengalamannya sebagai tahanan yang mengajukan banding kepada Kaisar. Perjalanan yang panjang dan berbahaya, dari Yudea melalui badai, terdampar di Malta, dan kini berlabuh di Puteoli, semuanya telah mengantarkannya ke tahap final dari pengadilan dan kesaksiannya. Ayat ini bukan hanya tentang perpindahan geografis, tetapi juga simbol dari kemajuan spiritual dan pelaksanaan rencana Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita tentang ketekunan dan iman. Meskipun menghadapi kesulitan, Paulus dan kawan-kawannya tidak pernah kehilangan harapan. Mereka terus memberitakan Injil dan menunjukkan kasih Kristus, yang pada akhirnya membawa berkat bagi mereka yang mereka temui. Kehidupan Paulus di Malta dan kemudian perjalanannya ke Roma, yang dimulai dengan berlabuh di Puteoli, adalah bukti nyata bahwa Tuhan bekerja melalui segala situasi, baik yang menyenangkan maupun yang sulit, untuk menggenapi tujuan-Nya. Peristiwa di Puteoli ini adalah awal dari babak baru dalam pelayanan Paulus, yang akan berujung pada kesaksiannya di hadapan para pemimpin Roma.