Kisah para rasul, khususnya bab 28, membawa kita pada sebuah perjalanan yang penuh dengan cobaan dan ketidakpastian. Ayat ketiga dari bab ini mengisahkan sebuah insiden dramatis yang dialami oleh Rasul Paulus. Setelah kapal yang membawanya karam di pulau Malta, ia dan para penumpang lainnya terdampar di pantai. Keadaan darurat, dingin, dan lelah menjadi latar belakang dari peristiwa yang akan terjadi.
Sebagai bentuk solidaritas dan upaya untuk menghangatkan diri serta menyediakan api untuk semua orang, Paulus dengan sigap mengumpulkan ranting-ranting kering. Tindakannya sederhana, namun penuh makna dalam situasi yang sulit. Ia bermaksud untuk membuat api unggun yang dapat memberikan kehangatan dan sedikit kenyamanan bagi mereka yang selamat. Namun, di tengah upaya mulianya itulah, sebuah kejadian tak terduga menimpanya. Seekor ular berbisa, yang mungkin terganggu oleh panas api atau bersembunyi di antara ranting-ranting, menggigit tangan Paulus.
Kejadian ini, meskipun tampak mengerikan, justru menjadi titik balik yang luar biasa dalam kisah pelayaran mereka. Alih-alih menjadi lemah atau bahkan tewas, Paulus justru menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Ia tidak panik, tidak mengutuk, tetapi dalam ayat selanjutnya, ia hanya mengibaskan ular itu ke dalam api dan tidak mengalami celaka sedikit pun. Peristiwa ini menjadi saksi bisu atas perlindungan ilahi yang menyertai para rasul dalam misi mereka.
Kisah ini memberikan banyak pelajaran berharga. Pertama, tentang pentingnya tetap bertindak meskipun dalam kesulitan. Paulus tidak menyerah pada keadaan, melainkan berusaha memberikan yang terbaik untuk sesama. Kedua, tentang ketabahan dan kepercayaan pada perlindungan Tuhan. Meskipun menghadapi bahaya yang nyata, Paulus tidak gentar. Ketiga, tentang bagaimana hal-hal yang tampak berbahaya justru dapat menjadi kesaksian iman. Kejadian ini tidak hanya memperlihatkan kekuatan Paulus, tetapi juga menjadi tanda bagi penduduk pulau Malta bahwa ia adalah orang pilihan Tuhan.
Kisah Rasul 28:3 mengajarkan kita bahwa dalam perjalanan hidup yang seringkali penuh dengan "badai" dan "ular" tak terduga, ketabahan iman dan kepercayaan pada pemeliharaan Tuhan adalah kunci untuk melewati setiap cobaan. Ini adalah pengingat bahwa bahkan di tengah kesulitan terbesar, ada potensi untuk menunjukkan kekuatan, ketahanan, dan menjadi saksi bagi kebaikan yang lebih besar.