Kisah Rasul 4:27

"Sebab sesungguhnya telah berkumpul di kota ini justeru terhadap Hamba-Mu yang kudus, Yesus, yang telah Engkau urapi, baik Herodes, maupun Pontius Pilatus bersama-sama bangsa-bangsa serta orang-orang Israel."

Konflik dan Penindasan Awal

Ayat ini, yang diambil dari Kisah Para Rasul pasal 4 ayat 27, menjadi saksi bisu betapa para pemimpin awal gereja Kristus menghadapi penolakan dan permusuhan yang luar biasa. Setelah Yesus Kristus bangkit dan para rasul mulai memberitakan Injil dengan penuh keberanian, mereka tidak hanya mendapatkan pengikut tetapi juga menarik perhatian para penguasa yang merasa terancam. Kisah ini terjadi tidak lama setelah penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah Bait Allah oleh Petrus dan Yohanes, yang diikuti dengan khotbah penuh kuasa tentang kebangkitan Yesus. Peristiwa ini menimbulkan gejolak di Yerusalem, menarik perhatian banyak orang, tetapi juga sangat mengganggu para pemuka agama Yahudi dan otoritas Romawi.

Dalam ayat ini, para rasul dalam doa mereka merujuk pada persatuan musuh-musuh Yesus. Frasa "sesungguhnya telah berkumpul di kota ini" menunjukkan sebuah konspirasi atau setidaknya kesepakatan diam-diam untuk menentang pelayanan Yesus. Yang menarik adalah penyebutan dua figur kekuasaan yang berbeda: Herodes, yang merupakan raja wilayah yang ditunjuk oleh Romawi, dan Pontius Pilatus, gubernur Romawi yang berkuasa langsung atas Yudea. Penyatuan ini menunjukkan betapa luasnya kekhawatiran yang ditimbulkan oleh ajaran dan karya Yesus, yang melintasi batas-batas politik dan kekuasaan. Mereka, bersama dengan "bangsa-bangsa" (yang mungkin merujuk pada tentara Romawi atau pengikut setia mereka) dan "orang-orang Israel" (yang secara spesifik mengacu pada pemimpin agama dan masyarakat Yahudi), bersatu dalam upaya mereka untuk menindas dan membungkam para pengikut Yesus.

Makna Persatuan dalam Penolakan

Doa para rasul ini bukanlah ratapan putus asa, melainkan pengakuan akan realitas perlawanan yang mereka hadapi. Mereka mengakui bahwa kekuatan yang menentang mereka adalah kombinasi kekuatan duniawi dan otoritas spiritual. Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun para penguasa dan bangsa-bangsa bersatu untuk melawan, tujuan mereka adalah terhadap "Hamba-Mu yang kudus, Yesus, yang telah Engkau urapi". Ini menekankan bahwa perlawanan tersebut pada dasarnya ditujukan kepada Yesus Kristus sendiri dan misi-Nya.

Para rasul menggunakan peristiwa ini sebagai bukti bahwa otoritas duniawi, betapapun kuatnya, tidak dapat mengalahkan kehendak Allah. Mereka menyadari bahwa apa yang terjadi pada Yesus, termasuk penangkapan, penghakiman, dan penyaliban-Nya, adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Dalam doa mereka, mereka memohon kepada Tuhan agar memberikan keberanian kepada mereka untuk terus memberitakan Injil di hadapan segala penolakan dan penganiayaan. Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang:

Kisah Para Rasul 4:27 adalah pengingat yang kuat bahwa pelayanan yang setia kepada Tuhan sering kali datang dengan harga. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh para rasul, iman yang teguh dan keberanian yang dikaruniakan oleh Roh Kudus memungkinkan para pengikut Kristus untuk bertahan dan terus bersaksi, bahkan di tengah-tengah konspirasi dan penindasan.