Kisah Rasul 4:7

"Dan ketika mereka menyuruh membawa keduanya menghadap mahkamah Sanhedrin, imam besar Kayafas dan Yohanes, Aleksander, dan semua orang yang termasuk keluarga imam besar, bertanyalah mereka: 'Dengan kekuatan manakah atau dengan nama siapakah kamu berbuat ini?'"

TUHAN memberi keberanian

Kisah Rasul 4:7 membawa kita pada momen krusial dalam perjalanan para rasul, sebuah persimpangan antara iman yang teguh dan tekanan otoritas duniawi. Setelah penyembuhan luar biasa terhadap seorang pengemis lumpuh di Gerbang Indah Bait Allah oleh Petrus dan Yohanes, umat terkesima. Kabar ini menyebar cepat, menarik perhatian para pemimpin agama Yahudi. Para rasul, yang terus bersaksi tentang kebangkitan Yesus, kini dipanggil untuk menghadapi Sanhedrin, badan pengadilan tertinggi Yahudi pada masa itu.

Mahkamah Sanhedrin, yang terdiri dari para imam besar, tua-tua, dan ahli Taurat, memegang kekuasaan besar dalam urusan keagamaan dan hukum di Yerusalem. Di hadapan mereka, Petrus dan Yohanes berdiri teguh, tidak gentar meski ancaman dan pertanyaan tajam dilontarkan. Pertanyaan kunci yang diajukan, seperti tercatat dalam ayat 7, "Dengan kekuatan manakah atau dengan nama siapakah kamu berbuat ini?", menunjukkan keraguan mereka terhadap sumber kuasa para rasul. Mereka mencoba mencari penjelasan yang rasional atau sekadar membantah, namun mereka menghadapi sesuatu yang melampaui pemahaman mereka.

Para rasul tidak menyembunyikan kebenaran. Petrus, dipenuhi Roh Kudus, dengan berani menyatakan bahwa penyembuhan itu dilakukan oleh kuasa dan nama Yesus Kristus dari Nazaret, yang telah mereka salibkan namun dibangkitkan Allah dari antara orang mati. Pernyataan ini bukan hanya pengakuan iman, tetapi juga tuduhan terhadap Sanhedrin sendiri atas tindakan mereka terhadap Yesus. Keberanian ini bukanlah berasal dari kekuatan pribadi Petrus dan Yohanes, melainkan anugerah ilahi.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesaksian yang tak tergoyahkan, bahkan di bawah tekanan. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang menuntut kita untuk menyangkal keyakinan kita atau kompromi dengan kebenaran, marilah kita mengingat keberanian para rasul. Kita juga dapat memohon Roh Kudus untuk memberi kita hikmat dan kekuatan agar kita dapat bersaksi dengan jelas dan berani, tidak takut akan apa yang dapat dilakukan manusia, tetapi hanya takut akan Allah. Ketergantungan pada kekuatan ilahi adalah kunci untuk menghadapi segala tantangan.

Kisah Rasul 4:7 bukan sekadar catatan sejarah kuno, melainkan sebuah inspirasi abadi bagi setiap orang percaya untuk hidup dengan integritas dan keberanian dalam menyatakan kebenaran Allah di dunia yang sering kali menentangnya. Keberanian yang mereka tunjukkan adalah bukti nyata kuasa kebangkitan yang mereka khotbahkan.