Kisah Rasul 5:1

Tetapi ada seorang bernama Ananias, dengan isterinya Safira, menjual suatu properti, lalu dengan setahu isterinya ia menyembunyikan sebagian dari uang penjualan itu, dan membawa sebagian lain dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Keberanian yang Diuji

Ayat pembuka dari pasal kelima Kitab Para Rasul ini langsung membawa kita pada sebuah kisah dramatis yang menguji integritas dan kejujuran dalam jemaat mula-mula. Ananias dan Safira, sepasang suami istri, memilih untuk tidak sepenuhnya jujur kepada para rasul mengenai hasil penjualan harta mereka. Peristiwa ini bukan sekadar tentang kebohongan kecil, melainkan sebuah pengingat akan pentingnya ketulusan hati di hadapan Tuhan dan sesama, terutama dalam komunitas iman.

Pada masa itu, semangat berbagi dan menolong sangatlah kuat di antara para pengikut Kristus. Banyak orang menjual harta benda mereka dan memberikan hasilnya untuk mendukung kehidupan jemaat dan para rasul. Ini adalah manifestasi nyata dari kasih persaudaraan yang diajarkan Yesus. Namun, tidak semua orang mampu sepenuhnya melepaskan keterikatan pada materi. Ananias dan Safira, meskipun berpartisipasi dalam tindakan penjualan harta, memilih untuk menyisihkan sebagian uangnya tanpa sepengetahuan orang lain, apalagi para rasul yang dipercaya oleh jemaat.

Keputusan mereka untuk menyembunyikan sebagian dari uang penjualan ini memunculkan pertanyaan penting: mengapa mereka melakukannya? Mungkin karena rasa gengsi, ingin terlihat lebih murah hati dari yang sebenarnya, atau mungkin karena kebutuhan pribadi yang tidak terduga. Apapun alasannya, tindakan ini menunjukkan bahwa godaan untuk terlihat baik di mata manusia terkadang lebih kuat daripada dorongan untuk hidup dalam kebenaran di hadapan Tuhan.

Reaksi para rasul, yang dipimpin oleh Petrus, terhadap tindakan Ananias dan Safira sangatlah tegas. Ini menunjukkan bahwa kejujuran adalah fondasi yang krusial dalam membangun kepercayaan, baik dalam hubungan antarmanusia maupun hubungan dengan Tuhan. Kisah ini bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk memberikan pelajaran berharga tentang konsekuensi dari ketidakjujuran, terutama ketika menyangkut persembahan dan komitmen iman. Para rasul, yang dipenuhi Roh Kudus, mampu melihat apa yang tersembunyi di balik tindakan Ananias dan Safira.

Kisah ini mengundang kita untuk merenungkan motivasi hati kita dalam memberikan sesuatu, baik itu waktu, tenaga, maupun materi. Apakah kita melakukannya dengan tulus untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama, atau ada unsur-unsur lain yang tersembunyi di balik tindakan kita? Peristiwa Ananias dan Safira menjadi peringatan bahwa Tuhan melihat hati kita, dan ketulusan adalah persembahan yang paling berharga. Keberanian para rasul dalam menegakkan kebenaran, meskipun pahit, menjadi bukti bahwa jemaat mula-mula berjuang untuk hidup dalam integritas yang tinggi, menjadi saksi yang otentik bagi Kristus di tengah dunia.