Kisah Rasul 5:24 - Kabar Baik Menggemparkan Yerusalem

"Ketika imam besar dan para pengawalnya serta orang-orang Saduki mendengar perkataan itu, mereka menjadi sangat khawatir."
Kekhawatiran Sang Pejabat

Ilustrasi SVG: Kekhawatiran para pejabat agama atas pesan para rasul.

Ayat dari Kisah Para Rasul 5:24 menggambarkan sebuah momen krusial dalam penyebaran Injil. Setelah dengan berani memberitakan tentang Yesus yang telah bangkit, para rasul dihadapi oleh otoritas keagamaan Yerusalem. Imam besar dan para pengawalnya, bersama dengan golongan Saduki, mendengar kesaksian para rasul yang penuh kuasa. Alih-alih merenungkan kebenaran yang disampaikan, respons mereka adalah kekhawatiran yang mendalam.

Mengapa mereka begitu khawatir? Golongan Saduki, secara khusus, tidak percaya pada kebangkitan orang mati. Ajaran tentang kebangkitan Yesus yang terus-menerus digaungkan oleh para rasul secara langsung menantang pandangan teologi mereka yang kaku dan juga dapat menggoyahkan otoritas mereka di mata publik. Mereka takut bahwa ajaran ini akan mengganggu tatanan yang ada, mendatangkan murka bangsa Romawi, dan pada akhirnya merampas kedudukan serta pengaruh mereka.

Kisah ini menunjukkan bagaimana kebenaran yang dibawa oleh para rasul sering kali berbenturan dengan kepentingan pribadi dan struktur kekuasaan yang sudah mapan. Para pemimpin agama saat itu lebih peduli pada keamanan dan status mereka sendiri daripada pada kebenaran rohani yang disampaikan. Mereka melihat kesaksian para rasul bukan sebagai kabar baik, melainkan sebagai ancaman serius terhadap fondasi keyakinan dan kekuasaan mereka.

Namun, justru kekhawatiran inilah yang menjadi pemicu untuk menguji keteguhan iman para rasul. Mereka tidak gentar meskipun diancam. Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang sebenarnya terjadi di balik tirai kekhawatiran para pejabat itu? Apakah mereka hanya terpaku pada ketakutan duniawi, ataukah ada benih keraguan yang mulai tumbuh dalam hati mereka, terlepas dari penolakan formal mereka?

Kisah Para Rasul 5:24 ini memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika penolakan terhadap pesan Injil. Bukan ketidakmampuan para rasul dalam menyampaikan pesan, melainkan resistensi dari pihak yang merasa terancam. Kabar tentang kebangkitan Kristus, yang seharusnya membawa pengharapan, justru menimbulkan ketakutan bagi mereka yang mendasarkan diri pada kesalehan lahiriah dan tradisi belaka. Momen ini adalah awal dari serangkaian konfrontasi yang akan terus dihadapi oleh gereja mula-mula, menguji keberanian mereka dalam menyatakan kebenaran meskipun menghadapi penolakan yang keras.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa penyebaran pesan kebenaran sering kali tidak mulus. Akan selalu ada pihak yang merasa terganggu, yang khawatir akan perubahan yang mungkin terjadi. Namun, seperti para rasul, kita dipanggil untuk tetap teguh dalam kesaksian kita, percaya bahwa kebenaran pada akhirnya akan berkuasa. Kekhawatiran yang digambarkan dalam ayat ini adalah pengingat bahwa keputusan untuk menerima atau menolak pesan Kristus memiliki konsekuensi yang mendalam, baik bagi individu maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.