"Bukankah kami dengan tegas melarang kamu mengajar dalam nama itu? Namun lihatlah, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu bermaksud menimpakan darah orang ini kepada kami."
Kisah Para Rasul pasal 5 mencatat sebuah momen krusial dalam penyebaran Injil setelah kebangkitan Yesus Kristus. Para rasul, yang penuh dengan Roh Kudus, terus berani memberitakan tentang Yesus dan mukjizat-mukjizat yang mereka lakukan atas nama-Nya. Mereka tidak gentar menghadapi penolakan dan ancaman dari para pemimpin agama Yahudi yang merasa terganggu oleh ajaran baru ini. Ancaman yang diucapkan dalam ayat 28 merupakan respons dari Mahkamah Agama terhadap kesaksian Petrus dan para rasul lainnya yang terus mengajarkan tentang Yesus di Bait Allah. Para pemimpin ini, dipimpin oleh Imam Besar, melihat ajaran para rasul sebagai pelanggaran terhadap hukum Taurat dan ancaman terhadap otoritas mereka.
Perkataan "Bukankah kami dengan tegas melarang kamu mengajar dalam nama itu?" menunjukkan betapa kerasnya larangan yang telah dikeluarkan sebelumnya. Mereka sangat yakin bahwa dengan menghentikan para rasul, mereka dapat mengendalikan penyebaran ajaran tentang Yesus. Namun, mereka mengabaikan kekuatan yang lebih besar yang bekerja melalui para rasul, yaitu kuasa Roh Kudus. Ayat ini juga menyoroti tuduhan para pemimpin agama, "kamu bermaksud menimpakan darah orang ini kepada kami." Ini adalah pernyataan defensif yang menunjukkan ketakutan mereka akan tanggung jawab atas kematian Yesus, dan mereka menyalahkan para rasul karena terus mengingatkan orang banyak tentang fakta tersebut, seolah-olah ajaran para rasul akan membuat mereka ikut menanggung dosa pembunuhan itu.
Menariknya, respons para rasul terhadap larangan ini tercatat dalam ayat berikutnya, Kisah Para Rasul 5:29, di mana Petrus dengan tegas menjawab, "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia." Jawaban ini menjadi fondasi penting bagi keberanian iman dan kesetiaan kepada Tuhan, bahkan ketika berhadapan dengan otoritas duniawi yang bertentangan dengan kehendak ilahi. Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesetiaan pada panggilan ilahi, keberanian untuk bersaksi meskipun ada penolakan, dan keyakinan bahwa kebenaran ilahi pada akhirnya akan menang. Ajaran para rasul tidak dapat dibendung oleh larangan manusia, justru semakin meluas ke seluruh Yerusalem.
Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa ketika kita mengikuti panggilan Tuhan, kita mungkin akan menghadapi tentangan. Namun, seperti para rasul, kita dipanggil untuk tetap teguh, bersandar pada kekuatan Tuhan, dan yakin bahwa ketaatan kepada-Nya adalah yang terutama. Pesan dalam Kisah Para Rasul 5:28 bukan hanya tentang konflik di masa lalu, tetapi juga tentang prinsip-prinsip abadi mengenai iman, keberanian, dan prioritas dalam kehidupan seorang percaya. Keberanian para rasul dalam menghadapi ancaman adalah bukti nyata iman mereka yang mendalam, dan kesaksian mereka terus menginspirasi generasi hingga kini.