Kisah Rasul 5:35 - Nasihat Bijak Gamaliel

Lalu katanya kepada mereka: "Hai orang-orang Israel, berilah dirimu nasihat tentang apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini. Sebab sebelum orang-orang ini, pernah bangkit Teudas, yang menganggap dirinya seorang tokoh, yang připojinya kira-kira empat ratus orang jumlahnya. Tetapi ia dihancurkan, dan semua orang yang mengikuti dia terceraiberai dan menjadi hilang. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, bangkit pula Yudas, seorang Galilea, yang juga menarik banyak orang dari belakangnya; tetapi ia juga dihancurkan, dan semua orang yang mengikutinya terceraiberai. Dan sekarang, kepada kamu kukatakan: Jauhilah orang-orang ini dan biarkanlah mereka, karena jika maksud atau pekerjaan ini dari manusia, maka pekerjaan ini akan gagal. Tetapi jika pekerjaan ini dari Allah, kamu tidak dapat menggagalkannya, sebab jangan-jangan kamu berjuangan melawan Allah."

Ikon Keadilan dan Kebijaksanaan

Kisah Para Rasul 5:35 membawa kita pada momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Setelah para rasul, dipimpin oleh Petrus, melakukan mukjizat dan memberitakan Injil dengan penuh keberanian di Yerusalem, mereka dihadapkan pada penolakan dan ancaman dari para pemimpin agama Yahudi. Atas perintah Mahkamah Agama, para rasul ditangkap, dihakimi, dan bahkan dicambuk.

Namun, para rasul tidak gentar. Mereka keluar dari sidang dengan hati gembira karena dianggap layak menderita demi nama Yesus. Pemberitaan Injil terus berlanjut dengan lebih semangat lagi. Situasi ini memicu perdebatan sengit di antara para anggota Mahkamah Agama, terutama mengenai apa yang harus dilakukan terhadap gerakan yang dipimpin oleh para rasul ini. Ada yang ingin membunuh mereka, namun ada pula yang ragu.

Di tengah ketegangan itu, muncullah sosok yang bijaksana dan dihormati, yaitu Gamaliel. Ia adalah seorang Farisi, seorang guru Taurat yang terpelajar, dan memiliki kedudukan tinggi di kalangan orang Yahudi. Gamaliel meminta agar para rasul dikeluarkan sejenak dari ruangan sidang, dan ia pun menyampaikan nasihat yang patut direnungkan.

Gamaliel menggunakan pendekatan sejarah untuk meyakinkan anggota Mahkamah Agama agar tidak bertindak gegabah. Ia mengingatkan mereka tentang dua contoh sebelumnya: Teudas dan Yudas orang Galilea. Kedua tokoh ini pernah muncul dengan klaim dan pengikut yang cukup besar. Namun, pada akhirnya, gerakan mereka hancur berantakan, dan pengikut mereka tercerai-berai.

Dari pengalaman masa lalu ini, Gamaliel menarik kesimpulan logis: "Jika maksud atau pekerjaan ini dari manusia, maka pekerjaan ini akan gagal. Tetapi jika pekerjaan ini dari Allah, kamu tidak dapat menggagalkannya, sebab jangan-jangan kamu berjuangan melawan Allah." Nasihat ini bukan hanya sebuah pernyataan, tetapi sebuah peringatan keras. Ia menyarankan agar Mahkamah Agama tidak terburu-buru mengambil tindakan drastis yang bisa berakibat fatal, terutama jika gerakan para rasul ini ternyata berasal dari Tuhan.

Nasihat Gamaliel menunjukkan bahwa terkadang kebijaksanaan sejati datang dari sikap yang hati-hati dan mau belajar dari sejarah. Ia tidak secara langsung mendukung para rasul, namun ia memberikan argumen yang kuat agar para penentangnya tidak bertindak berdasarkan emosi atau prasangka semata. Dengan membiarkan gerakan ini, mereka akan melihat sendiri apakah gerakan itu akan bertahan atau tidak. Jika dari manusia, ia akan lenyap. Jika dari Allah, ia akan kokoh dan tidak dapat dikalahkan.

Pada akhirnya, Mahkamah Agama mendengarkan nasihat Gamaliel. Mereka tidak membunuh para rasul, tetapi tetap menghukum dan memperingatkan mereka agar tidak lagi berbicara atau mengajar dalam nama Yesus. Meskipun demikian, para rasul tetap saja keluar dari sidang dengan sukacita, dan terus bersaksi tentang Yesus Kristus. Kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam menghadapi kebenaran yang baru, seringkali timbul perlawanan. Namun, kebijaksanaan dan hikmat ilahi akan senantiasa menemukan jalannya, dan jika sesuatu itu berasal dari Allah, maka tidak ada kekuatan manusia yang dapat menghentikannya.