Kitab Kisah Para Rasul mencatat berbagai peristiwa penting dalam penyebaran Injil Kristus setelah kenaikan-Nya. Salah satu catatan yang menarik perhatian adalah kesaksian Gamaliel di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, yang tertulis dalam pasal 5. Gamaliel, seorang guru hukum Taurat yang terkemuka dan dihormati, menggunakan dua contoh historis untuk meyakinkan para pemimpin Yahudi agar tidak menentang para rasul. Contoh pertama yang ia sebutkan adalah Teudas, seorang tokoh yang muncul sebelum masa para rasul.
Menurut kesaksian Gamaliel, Teudas adalah seseorang yang "menganggap dirinya seorang tokoh". Pernyataan ini menyiratkan bahwa Teudas memproklamirkan diri sebagai pemimpin atau seseorang yang memiliki otoritas khusus. Pada masa itu, sering kali muncul individu-individu yang mengklaim memiliki misi ilahi atau kekuasaan politik untuk membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Teudas tampaknya termasuk dalam kategori ini, membangkitkan pengikut dan harapan di tengah masyarakat yang gelisah.
Namun, narasi Gamaliel dengan tegas menyatakan bahwa upaya Teudas berakhir dengan kegagalan total. "Lalu tewaslah ia, dan sekalian orang yang mau mendengarnya pun bercerai-berai dan lenyaplah." Ini menunjukkan bahwa gerakan yang dipimpin Teudas tidak bertahan lama. Kematian Teudas menjadi akhir dari pengaruhnya, dan para pengikutnya yang tadinya bersatu di bawah panjinya, segera tercerai-berai. Mereka kehilangan sosok pemimpin yang menjadi pusat perhatian mereka, dan tanpa kepemimpinan yang kuat atau ideologi yang bertahan, gerakan tersebut pun menghilang dari sejarah.
Gamaliel menggunakan kisah Teudas ini sebagai peringatan. Ia ingin menyampaikan bahwa tidak semua gerakan yang tampak kuat pada awalnya akan berhasil. Jika ajaran dan gerakan para rasul berasal dari manusia, maka seperti Teudas, gerakan itu akan hancur dengan sendirinya. Namun, jika ajaran dan gerakan para rasul itu berasal dari Allah, maka tidak ada kekuatan manusia yang dapat menggagalkannya. Gamaliel menyarankan agar para pemimpin Yahudi merenungkan hal ini sebelum mengambil tindakan gegabah terhadap para rasul Yesus.
Kisah Teudas ini memberikan pelajaran penting tentang kepemimpinan dan keberlangsungan sebuah gerakan. Ia menunjukkan bahwa karisma pribadi dan klaim otoritas saja tidak cukup untuk menciptakan dampak yang abadi. Tanpa dasar yang kuat, baik secara spiritual maupun strategis, sebuah gerakan yang dipimpin oleh seorang tokoh besar sekalipun bisa runtuh begitu saja setelah tokoh tersebut tiada. Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu menguji segala sesuatu, terutama yang berkaitan dengan kebenaran rohani, dan untuk melihat buah serta ketahanan dari sebuah ajaran atau gerakan seiring waktu.
Melalui penyebutan Teudas, Kisah Rasul 5:36 menggarisbawahi pentingnya meneladani Kristus yang merupakan sumber kehidupan yang kekal, bukan para pemimpin sementara yang nasibnya sama dengan yang mereka pimpin. Kesaksian para rasul, yang pada akhirnya ditolak oleh Mahkamah Agama tetapi terus menyebar, membuktikan kebenaran dari perkataan Gamaliel bahwa gerakan yang berasal dari Allah tidak dapat dihalangi.