Kisah Rasul 6:3

"Tetapi, Saudara-saudara, pilihlah dari antara kamu tujuh orang yang terkenal baik, yang penuh Roh Kudus dan hikmat, yang akan kita tugaskan untuk pekerjaan ini."

Pemilihan Diaken: Pelayanan yang Bertumbuh

+    + + + + + +

Kisah para rasul pasal 6, ayat 3, memuat sebuah momen krusial dalam perkembangan gereja mula-mula. Seiring dengan bertambahnya jumlah orang percaya, muncul pula tantangan baru. Pada awalnya, komunitas Kristen digambarkan sebagai persatuan yang erat, di mana segala sesuatu dibagikan dan kebutuhan setiap orang terpenuhi. Namun, seiring pertumbuhan, tugas-tugas pelayanan mulai menumpuk, terutama dalam hal distribusi bantuan kepada janda-janda Yahudi dan Yahudi Yunani. Ada keluhan bahwa janda-janda dari kelompok Yunani diabaikan dalam pembagian harian.

Menghadapi situasi ini, para rasul menunjukkan kebijaksanaan ilahi. Mereka tidak ingin tugas pemberitaan Injil dan pelayanan doa terganggu oleh urusan administrasi dan distribusi materi. Oleh karena itu, mereka mengusulkan sebuah solusi yang revolusioner dan transformatif. Mereka berkata kepada jemaat, "Tetapi, Saudara-saudara, pilihlah dari antara kamu tujuh orang yang terkenal baik, yang penuh Roh Kudus dan hikmat, yang akan kita tugaskan untuk pekerjaan ini." Kata-kata ini bukan sekadar instruksi, melainkan sebuah panggilan untuk partisipasi aktif dari seluruh jemaat.

Syarat yang ditekankan oleh para rasul sangatlah penting: orang-orang yang dipilih harus terkenal baik, yang berarti mereka memiliki reputasi yang baik di mata komunitas; penuh Roh Kudus, menandakan kedekatan mereka dengan Tuhan dan kemampuan untuk bertindak di bawah bimbingan-Nya; dan penuh hikmat, menunjukkan kapasitas mereka untuk membuat keputusan yang bijaksana dan adil. Ini menunjukkan bahwa pelayanan, bahkan dalam bentuk bantuan materi, membutuhkan kualitas spiritual dan karakter yang kuat.

Pemilihan tujuh orang ini kemudian dikenal sebagai penunjukan para diaken. Istilah "diaken" sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti "pelayan". Ini menegaskan bahwa peran mereka adalah untuk melayani, membebaskan para rasul agar dapat fokus pada pelayanan firman dan doa, serta memastikan bahwa semua anggota jemaat, tanpa terkecuali, diperhatikan kebutuhannya. Solusi ini terbukti sangat efektif. Jemaat menyambut baik usulan tersebut, dan mereka memilih orang-orang yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Tokoh-tokoh seperti Stefanus, yang kemudian menjadi martir pertama, dan Filipus, seorang penginjil yang gigih, termasuk di antara mereka.

Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya membagi beban pelayanan. Ketika sebuah komunitas rohani bertumbuh, perlu ada pembagian tugas agar setiap orang dapat berkontribusi sesuai dengan karunia dan panggilan mereka. Kedua, penekanan pada karakter dan spiritualitas dalam pelayanan. Siapapun yang bertugas, bahkan dalam tugas-tugas yang tampak sederhana, haruslah orang yang diperkenan Tuhan dan memiliki integritas. Terakhir, kisah ini menunjukkan bagaimana gereja mula-mula mampu menyelesaikan masalah dengan mengandalkan hikmat ilahi dan partisipasi jemaat, sehingga memungkinkan penyebaran Injil terus berjalan tanpa hambatan. Pemilihan para diaken adalah langkah penting yang menunjukkan kedewasaan rohani dan kemampuan gereja untuk beradaptasi dan melayani dengan kasih.