"Tetapi Ia berfirman kepadanya: Keluarkanlah kasut dari kakimu, sebab tempat di mana engkau berdiri itu tanah suci."
Kisah Rasul 7:33 adalah kutipan yang sangat penting dari pidato Stefanus, martir Kristen pertama, saat ia diadili di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Ayat ini bukan sekadar pengingat akan perintah Tuhan kepada Musa di Gunung Horeb, tetapi juga simbol yang mendalam tentang kehadiran ilahi, kesucian, dan penghakiman yang akan datang. Stefanus menggunakan peristiwa ini untuk menyoroti pola penolakan iman yang terus berulang dalam sejarah umat Israel, sebuah pola yang ia kaitkan dengan penolakan mereka terhadap Yesus Kristus.
Perintah untuk melepaskan kasut dari kaki menyimbolkan penghormatan mendalam terhadap kesucian tempat tersebut. Gunung Horeb, tempat di mana Tuhan menampakkan diri kepada Musa dalam semak yang menyala tetapi tidak terbakar, adalah situs suci yang memerlukan sikap hormat dan tunduk. Stefanus menekankan bahwa tindakan ini bukanlah sekadar upacara, melainkan pengakuan akan otoritas dan kekudusan Tuhan yang hadir.
Dalam konteks pidato Stefanus, ia mengaitkan pengalaman Musa dengan pengalaman umat Israel yang lebih luas. Ia menunjukkan bagaimana bangsa itu berulang kali menolak para utusan Tuhan, mulai dari para nabi hingga akhirnya Yesus sendiri. Sebagaimana Musa diperintahkan untuk menghormati tanah suci, Stefanus secara implisit mengajak para pendengarnya untuk menghormati dan menerima kehadiran Yesus Kristus, yang merupakan manifestasi terbesar dari kehadiran Tuhan di antara manusia.
Ayat ini juga dapat diinterpretasikan sebagai peringatan tentang tanggung jawab yang menyertai pengenalan akan yang ilahi. Ketika kita menyadari kehadiran Tuhan, kita dipanggil untuk hidup dalam kesucian dan ketaatan. Penolakan terhadap kesadaran ini, seperti yang ditunjukkan oleh banyak tokoh dalam sejarah Israel, membawa konsekuensi. Stefanus, dalam imannya yang teguh, tidak gentar menghadapi ancaman dan penganiayaan, karena ia telah menemukan kedamaian dan kebenaran dalam Kristus.
Pesan dari Kisah Rasul 7:33 melampaui konteks sejarahnya. Ia terus berbicara kepada kita hari ini, mengingatkan bahwa di mana pun kita berdiri dalam kehidupan, jika kita menyadari kehadiran Tuhan, kita dipanggil untuk menjaga kesucian hati dan pikiran kita. Ia mengajarkan tentang pentingnya sikap rendah hati dan hormat di hadapan Yang Maha Kuasa, serta keberanian untuk mempertahankan kebenaran meskipun menghadapi tantangan. Roh Kudus, yang bekerja melalui Stefanus, memberikan kekuatan dan hikmat baginya untuk menyampaikan pesan ilahi, bahkan di tengah situasi yang paling sulit sekalipun.
Kisah Stefanus, yang dipuncaki dengan kesaksiannya yang berani dan penglihatannya akan Yesus di sebelah kanan Allah (Kisah Rasul 7:55-56), menunjukkan bagaimana iman yang kokoh dapat mengubah ketakutan menjadi keberanian. Perintah untuk melepaskan kasut adalah pengingat akan dasar iman yang kuat yang harus kita pegang teguh, yaitu pengenalan akan siapa Yesus Kristus dan apa yang telah Ia lakukan bagi kita. Dengan demikian, kita dapat berdiri di atas "tanah suci" iman kita, dipenuhi dengan Roh Kudus, siap untuk menjadi saksi-Nya.