Tuhan Menyertai Kaum Mujahid

Kisah Rasul 7:43

"Kamu memikul kemah Molekh dan bintang dewa Remfanmu, lambang berhala yang kamu buat untuk menyembahnya. Maka Aku akan memindahkanmu ke buangan, melampaui Damsyik," firman TUHAN, yang maha kuasa namanya.

Kisah Rasul pasal 7 mencatat pidato Stefanus yang penuh semangat, di mana ia merangkum sejarah umat Israel dari panggilan Abraham hingga masa kini. Dalam pidatonya, Stefanus menyoroti pola pengkhianatan dan ketidaktaatan umat pilihan terhadap perjanjian Tuhan, meskipun Tuhan terus menunjukkan kesetiaan-Nya. Ayat 43 ini menjadi titik krusial dalam argumen Stefanus, menggambarkan bagaimana bangsa Israel, bahkan setelah keluar dari Mesir, terus membawa serta praktik-praktik penyembahan berhala.

Penyimpangan dari Jalan Tuhan

Ketika Stefanus menyebut "kemah Molekh" dan "bintang dewa Remfan," ia merujuk pada penyembahan dewa-dewa asing yang dipraktikkan oleh sebagian umat Israel di padang gurun. Molekh adalah dewa bangsa Amori yang sering dikaitkan dengan pengorbanan anak, sementara Remfan (atau Chiun) adalah nama dewa bintang dalam tradisi Mesopotamia dan Kanaan. Kedua penyembahan ini sangat bertentangan dengan perintah Tuhan untuk menyembah Dia semata. Poin Stefanus sangat jelas: bangsa Israel tidak hanya mengingkari Tuhan secara pasif, tetapi secara aktif menganut praktik-praktik yang najis dan dilarang oleh hukum Taurat.

Konsekuensi Ketidaktaatan

Tuhan, dalam kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan, telah berulang kali memperingatkan umat-Nya dan memberikan kesempatan untuk bertobat. Namun, ketika peringatan itu diabaikan dan kesombongan serta penyembahan berhala terus berlanjut, konsekuensi pun tak terhindarkan. Firman Tuhan melalui Stefanus menyatakan bahwa mereka akan "dipindahkan ke buangan, melampaui Damsyik." Ini bukan sekadar pemindahan fisik, melainkan hukuman atas ketidaktaatan mereka yang mendalam. Herbsapan ini menjadi gambaran awal dari pembuangan Babel yang akan menimpa bangsa Yehuda di kemudian hari, menegaskan bahwa dosa kolektif memiliki dampak yang serius.

Pesan yang Relevan

Kisah Rasul 7:43 bukan hanya catatan sejarah kuno, tetapi juga membawa pesan yang relevan bagi setiap zaman. Ini mengingatkan kita akan bahaya penyembahan berhala modern. Berhala di zaman kita mungkin tidak berbentuk patung fisik, tetapi bisa berupa kekayaan materi, kekuasaan, status sosial, atau bahkan pandangan dunia yang menempatkan diri atau ciptaan di atas Sang Pencipta. Keinginan untuk mengikuti arus dunia atau kompromi dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan firman Tuhan dapat dianggap sebagai bentuk "memikul kemah Molekh" di zaman kita.

Stefanus mengajarkan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan adil. Ia tidak dapat menoleransi dosa yang terus-menerus dilakukan. Namun, di balik teguran keras itu, ada juga gambaran kasih dan kesabaran Tuhan yang terus mengundang umat-Nya untuk kembali kepada jalan yang benar. Firman Tuhan yang Maha Kuasa mengingatkan kita untuk senantiasa memeriksa hati dan hidup kita, memastikan bahwa kita menyembah dan mengutamakan Dia dalam segala hal, agar kita tidak berjalan dalam kegelapan penyimpangan, melainkan dalam terang kebenaran-Nya.