Kisah Rasul 7:59 - Stefanus Dilempari Batu

"Dan ketika mereka melayangkan batu kepada Stefanus, berdoalah ia, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.""

Stefanus Doa Batu Representasi visual perikop Rasul 7:59

Kisah Stefanus yang tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 7 merupakan salah satu narasi yang paling mengharukan dan menginspirasi dalam sejarah gereja awal. Stefanus, seorang diaken yang penuh iman dan Roh Kudus, dihadapkan pada mahkamah agama Yahudi karena pengajarannya yang dianggap menghujat Musa dan Hukum Taurat. Meskipun menghadapi tuduhan palsu dan kebencian yang membara dari para pendengarnya, Stefanus dengan berani memberikan pembelaan yang panjang lebar, menceritakan kembali sejarah keselamatan umat Israel dari masa Abraham hingga kedatangan Yesus Kristus.

Dalam pidatonya yang mengagumkan, Stefanus tidak gentar untuk menyatakan kebenaran tentang penolakan umat Israel terhadap Roh Kudus dan pembunuhan Mesias. Ia menuding para pendengarnya sebagai orang-orang yang "berleher keras dan tidak bersunat bibir atau telinga," yang selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyang mereka. Pernyataan ini memicu kemarahan yang luar biasa di hati para pendengarnya. Mereka yang tadinya mendengarkan dengan sabar, kini dipenuhi amarah dan tidak tahan lagi mendengar perkataan Stefanus.

Amarah tersebut memuncak pada peristiwa yang tercatat dalam ayat 59-60 dari pasal yang sama. Di luar pengadilan, kerumunan yang marah membawa Stefanus keluar dari kota untuk merajamnya. Tindakan merajam adalah hukuman mati yang kejam di mana korban dilempari batu hingga tewas. Namun, di tengah penderitaan yang luar biasa, fokus Stefanus tetap tertuju pada Tuhan. Dalam momen-momen terakhir hidupnya, Alkitab mencatat bahwa Stefanus "memandang ke langit dan melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah." Ini menunjukkan bahwa bahkan di ambang kematian, Stefanus diberi penglihatan surgawi yang menguatkan imannya.

Ayat 59 kemudian secara spesifik menggambarkan doa terakhir Stefanus: "Dan ketika mereka melayangkan batu kepada Stefanus, berdoalah ia, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."" Doa ini adalah ungkapan penyerahan diri total kepada Tuhan, bahkan saat tubuhnya sedang dihancurkan oleh batu-batu. Ia tidak meminta pembalasan atau belas kasihan bagi dirinya sendiri, melainkan memohon agar rohnya diterima oleh Tuhan Yesus. Ini adalah teladan pengampunan dan kasih yang luar biasa, karena dalam ayat berikutnya, Stefanus berlutut dan berseru dengan suara nyaring, "Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka."

Kisah Stefanus adalah pengingat yang kuat tentang keberanian iman di tengah penganiayaan. Ia menjadi martir pertama dalam sejarah gereja, dan pengorbanannya tidak sia-sia. Darahnya menjadi benih bagi kekristenan, dan kesaksiannya menginspirasi banyak orang untuk tetap setia pada iman mereka. Pelajaran utama dari kisah ini adalah untuk memiliki pandangan yang tertuju pada kekekalan, bahkan ketika menghadapi kesulitan duniawi. Stefanus mengajarkan kita pentingnya berdoa, mengampuni musuh, dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus.