Kisah Rasul 7:60 - Pengampunan di Tengah Penderitaan

"Lalu katanya, 'Tuhan Yesus, terimalah rohku.'" (Kisah Para Rasul 7:59)
Simbol Pengampunan dan Penerimaan Roh

Kisah Para Rasul pasal 7 mencatat momen tragis namun heroik dari Santo Stefanus, seorang diakon yang teguh imannya. Ia menjadi martir pertama dalam sejarah kekristenan, mati dilempari batu oleh massa yang diprovokasi oleh para pemimpin agama Yahudi. Di tengah detik-detik terakhir hidupnya yang penuh siksaan, Stefanus menunjukkan sebuah teladan luar biasa tentang pengampunan dan kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan.

Sebelum mengucapkan kata-kata terakhirnya, Alkitab mencatat bahwa Stefanus "penuh dengan Roh Kudus". Keadaan fisik dan emosionalnya pasti sangat berat, namun justru di saat itulah, ia mengangkat matanya ke langit dan melihat kemuliaan Allah. Ia melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Penglihatan ilahi ini tentu memberikan kekuatan dan ketenangan yang luar biasa, memungkinkannya untuk tidak tenggelam dalam keputusasaan atau rasa sakit.

Kalimat yang keluar dari bibirnya, "Tuhan Yesus, terimalah rohku," adalah seruan penyerahan diri total. Ia tidak meminta agar penderitaannya dihentikan, tidak pula mengutuk para penyerangnya. Sebaliknya, ia secara sadar menyerahkan jiwanya kepada Yesus, Sang Juruselamat. Ini adalah bukti puncak dari imannya, pengakuan bahwa kematiannya bukanlah akhir, melainkan sebuah transisi menuju hadirat Kristus.

Namun, yang paling menonjol dari kesaksian Stefanus adalah kalimat yang diucapkannya tak lama sebelumnya, yang menjadi inti dari pengampunannya: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka." (Kisah Para Rasul 7:60). Di saat ia sendiri sedang menghadapi kematian yang mengerikan akibat perbuatan mereka, Stefanus berdoa agar para pelakunya tidak menanggung akibat dosa mereka. Ini adalah sebuah tindakan pengampunan yang melampaui akal sehat manusia biasa. Pengampunan seperti inilah yang diajarkan oleh Yesus sendiri ketika Ia disalibkan, dan Stefanus menjadi teladan nyata dari ajaran tersebut.

Kisah rasul 7 ayat 60 ini mengingatkan kita akan kekuatan luar biasa dari kasih dan pengampunan Kristus yang mampu mengubah hati seorang manusia, bahkan di ambang kematian. Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan doa untuk keselamatan mereka yang menganiayanya. Tindakan ini bukan hanya memberikan contoh teladan moral yang tinggi, tetapi juga merupakan bukti iman yang tak tergoyahkan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan kekal bersama Tuhan.

Pelajaran dari Stefanus sangat relevan bagi kita hingga saat ini. Dalam menghadapi kesulitan, ketidakadilan, atau konflik, kita dipanggil untuk meneladani pengampunannya. Tentu tidak mudah, namun kekuatan Roh Kudus yang memenuhi Stefanus, juga tersedia bagi kita untuk mengasihi dan mengampuni, bahkan kepada mereka yang telah menyakiti kita. Kisah rasul 7 60 adalah pengingat abadi tentang esensi kekristenan: kasih, pengampunan, dan penyerahan diri total kepada Tuhan Yesus.