Kisah para rasul merupakan kitab penting dalam Perjanjian Baru yang menceritakan tentang awal mula penyebaran Kekristenan setelah kenaikan Yesus Kristus ke surga. Bab 7 dari kitab ini secara khusus mengisahkan pidato panjang dari Stefanus, seorang diakon yang penuh iman dan hikmat, di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Dalam pidatonya, Stefanus merangkum sejarah panjang hubungan antara Allah dan umat-Nya, mulai dari Abraham hingga para nabi.
Ayat 7 dari pasal 7 ini merupakan bagian dari janji Allah kepada Abraham mengenai keturunannya dan bangsa yang akan diperbudak. Stefanus sedang menguraikan bagaimana Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan akan mengalami masa perbudakan di negeri asing. Namun, janji Allah tidak berhenti di situ. Di tengah masa sulit itu, Allah juga berfirman bahwa bangsa tersebut akan dihakimi oleh Allah sendiri, dan setelah melalui penghukuman itu, mereka akan keluar dari perbudakan dan beribadah kepada Allah di tanah perjanjian.
Pidato Stefanus ini bukan sekadar pengulangan sejarah, melainkan sebuah argumen teologis yang kuat untuk menunjukkan kesetiaan Allah dan kesabaran-Nya terhadap umat-Nya, meskipun seringkali umat-Nya memberontak. Stefanus menyoroti pola umum dalam sejarah Israel: mereka mengalami kesulitan sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka, namun Allah selalu hadir untuk membebaskan dan membimbing mereka.
Penekanan pada "akan Aku hukum" dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak tinggal diam terhadap kesalahan umat-Nya, namun penghukuman itu selalu memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu pemurnian dan pemulihan. Setelah masa penghukuman dan pembebasan, umat pilihan Allah akan dibawa pada keadaan yang lebih baik, di mana mereka dapat kembali beribadah kepada Allah dengan tulus. Stefanus menggunakan kisah ini untuk mengingatkan para pendengarnya, yaitu pemimpin agama Yahudi, akan kesetiaan Allah dan bagaimana mereka sendiri, seperti leluhur mereka, mungkin sedang berada di jalur yang salah.
Kisah Rasul-Rasul 7:7 menjadi relevan bukan hanya dalam konteks sejarah kuno, tetapi juga sebagai pengingat bagi setiap orang percaya. Kita belajar bahwa Allah itu adil dan berkuasa untuk menghakimi segala sesuatu. Namun, di balik penghukuman-Nya, selalu ada rencana keselamatan dan pemulihan. Janji Allah kepada Abraham dan keturunannya adalah bukti dari kasih karunia-Nya yang terus-menerus, yang mendampingi umat-Nya melalui suka dan duka, melalui kebebasan dan perbudakan, dengan tujuan akhir membawa mereka kembali kepada-Nya.