Kisah Para Rasul pasal 8 mencatat sebuah babak penting dalam penyebaran Injil Kristus. Setelah penganiayaan hebat yang memaksa banyak orang percaya tersebar dari Yerusalem, firman Tuhan justru terus berkembang. Bab ini secara khusus menyoroti pelayanan Filipus, seorang diaken yang menjadi penginjil handal di Samaria. Ayat 25 menandai momen kembalinya para rasul dari Samaria ke Yerusalem, namun dengan membawa kabar sukacita tentang apa yang telah terjadi di sana.
Sebelum ayat 25, kita melihat bagaimana Filipus, yang diutus Roh Kudus, pergi ke kota Samaria dan memberitakan Kristus kepada penduduknya. Bangsa Samaria, yang seringkali dipandang sebelah mata oleh orang Yahudi, ternyata merespons kabar baik dengan penuh antusiasme. Mereka mendengarkan perkataan Filipus, melihat tanda-tanda ajaib yang dikerjakannya, dan banyak orang yang bertobat serta dibaptis. Bahkan Simon si Penyihir, yang sebelumnya mencoba membeli karunia Roh Kudus, juga mengalami perubahan hati dan dibaptis.
Ketika berita tentang pertobatan di Samaria sampai ke telinga para rasul di Yerusalem, Petrus dan Yohanes diutus untuk pergi ke sana. Kedatangan mereka bukan tanpa tujuan. Mereka berdoa agar orang-orang Samaria yang baru percaya itu menerima Roh Kudus, yang belum turun ke atas mereka meskipun mereka telah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Allah mengkonfirmasi kebenaran Injil yang diberitakan Filipus dengan turunnya Roh Kudus kepada mereka, yang ditandai dengan karunia-karunia rohani.
Ayat 25 secara ringkas merangkum esensi dari peristiwa ini: "Sesudah mereka memberi kesaksian dan memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke Yerusalem, sambil memberitakan Injil di banyak desa orang Samaria." Frasa "memberi kesaksian dan memberitakan firman Tuhan" menunjukkan komitmen para rasul dan penginjil untuk tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga membuktikan kebenarannya melalui kehidupan dan kuasa ilahi. Mereka tidak hanya berhenti di kota Samaria, tetapi terus menyebarkan Injil ke wilayah-wilayah sekitarnya, yaitu desa-desa orang Samaria.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, penganiayaan bukanlah akhir dari pekerjaan Allah, melainkan seringkali menjadi katalisator untuk penyebaran yang lebih luas. Kedua, pesan Injil memiliki kekuatan untuk menjangkau semua orang, tanpa memandang latar belakang suku atau sosial. Samaria, yang secara historis terpisah dari Yahudi, kini menjadi ladang tuaian yang subur. Ketiga, pelayanan yang efektif selalu melibatkan kesaksian yang kuat, pemberitaan firman, dan demonstrasi kuasa Roh Kudus. Akhirnya, ayat ini menegaskan semangat missioner yang tidak pernah padam dalam diri para pengikut Kristus, yang terus berlanjut dari kota ke kota, bahkan hingga ke desa-desa terpencil, demi menyuarakan kabar baik keselamatan.