Kisah Para Rasul pasal 8 membawa kita pada momen krusial dalam penyebaran Injil setelah penganiayaan hebat yang dialami jemaat mula-mula di Yerusalem. Stefanus, martir pertama, baru saja mengorbankan nyawanya, dan banyak pengikut Kristus tercerai-berai ke berbagai wilayah Yudea dan Samaria. Namun, di tengah kesulitan ini, Allah bekerja dengan cara yang luar biasa untuk menjangkau hati yang belum terjamah.
Ayat 26 dari pasal ini menyoroti sebuah perintah ilahi yang spesifik diberikan kepada Filipus, salah satu dari tujuh diaken yang dipilih untuk melayani. Perintah itu datang melalui sebuah penglihatan atau langsung dari malaikat Tuhan: "Bersiaplah dan pergi ke selatan, ke jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan ini digambarkan sebagai jalan yang "sunyi". Gambaran ini bukan sekadar deskripsi geografis, tetapi juga bisa menyiratkan kesendirian, keterasingan, atau mungkin sebuah kesempatan yang tersembunyi di tempat yang tampaknya tak berarti.
Samaria, wilayah yang telah dikabarkan Injilnya oleh Filipus sebelumnya, telah memberikan hasil yang melimpah. Banyak orang di sana menerima kabar baik tentang Yesus Kristus dan bertobat. Namun, Allah tidak berhenti di situ. Perintah untuk pergi ke Gaza menunjukkan bahwa rencana-Nya jauh lebih luas. Gaza, sebuah kota pelabuhan kuno di sepanjang pantai Laut Tengah, mewakili batas geografis dan mungkin juga budaya. Perintah ini mempersiapkan Filipus untuk menjangkau lebih jauh lagi.
Keberadaan malaikat Tuhan yang berbicara langsung kepada Filipus menegaskan betapa pentingnya misi ini di mata Allah. Ini bukanlah sebuah inisiatif pribadi Filipus, melainkan sebuah pengarahan ilahi. Jalan yang sunyi mungkin juga menjadi metafora untuk orang-orang yang terpencil, yang belum pernah mendengar kabar baik, atau yang sedang berada dalam situasi kerohanian yang sunyi. Malaikat Tuhan telah menunjuk satu orang, seorang pengembara, di sebuah jalan yang sepi, untuk membawa pesan terpenting yang pernah ada.
Kisah ini mengajarkan kita tentang kepatuhan. Filipus tidak bertanya mengapa, tidak mengeluh tentang medan yang sunyi, atau meragukan perintah itu. Ia bersiap dan pergi. Ini adalah prinsip penting bagi setiap pengikut Kristus: mendengarkan suara Tuhan dan bertindak segera. Perintah dari surga ini membuka jalan bagi pertemuan Filipus dengan seorang sida-sida Ethiopia yang kaya raya, seorang pejabat istana yang mencari kebenaran. Perjalanan Filipus yang diarahkan oleh malaikat Tuhan ini akan membawa kepada pertobatan dan baptisan orang pertama dari bangsa bukan Yahudi yang menerima Injil secara langsung melalui pelayanan seorang utusan Allah.
Kisah rasul 8:26 adalah pengingat yang kuat bahwa Allah sering kali bekerja melalui individu-individu yang mau taat, bahkan dalam situasi yang tampak tidak menjanjikan. Jalan yang sunyi bisa menjadi panggung bagi mujizat ilahi, dan panggilan dari surga selalu membawa tujuan yang mulia. Perintah itu datang, Filipus merespons, dan dunia pun berubah.