Ilustrasi: Saulus melarikan diri dari Damsyik
Kisah Para Rasul pasal 9 mencatat salah satu transformasi paling dramatis dalam sejarah kekristenan, yaitu perubahan Saulus dari seorang penganiaya menjadi rasul Paulus. Ayat 24 dari pasal ini menyoroti momen krusial di mana hidup Saulus benar-benar dalam bahaya, memaksanya untuk mengambil tindakan drastis demi keselamatannya.
Setelah mengalami pertemuan luar biasa dengan Yesus dalam perjalanan menuju Damsyik, Saulus mengalami kebutaan sementara dan kemudian penglihatan spiritualnya terbuka. Ia dibaptis dan mulai memberitakan Injil Kristus dengan semangat yang sama seperti sebelumnya ia menganiaya orang Kristen. Namun, perubahan radikal ini tidak diterima dengan baik oleh semua pihak, terutama oleh para pemimpin Yahudi yang melihat Saulus sebagai seorang pengkhianat dan penyesat.
Ketika Saulus berada di Damsyik, kabar tentang kegiatan dakwahnya mulai menyebar luas. Para musuh kekristenan, yang sebelumnya menindasnya, kini berbalik menjadi ancaman mematikan baginya. Mereka bersekongkol untuk membunuhnya. Rasa dendam dan ketakutan akan penyebaran ajaran baru ini mendorong mereka untuk merencanakan sebuah pembunuhan yang mengerikan. Mereka menantikan kesempatan yang tepat, siap untuk menyerangnya kapan saja.
Menyadari bahaya yang mengancam jiwanya, Saulus tidak bisa tinggal diam. Para pengikut Kristus di Damsyik, yang telah mengenali ketulusan hatinya dan karunia yang diberikan Allah kepadanya, mengambil tindakan untuk menyelamatkannya. Mereka tahu bahwa hidup Saulus masih sangat dibutuhkan untuk melanjutkan misi Injil. Dengan cerdik, mereka merencanakan sebuah pelarian.
Pada malam harinya, di tengah kegelapan dan kesunyian, Saulus diturunkan dari atas tembok kota menggunakan sebuah keranjang. Ini adalah sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian, baik dari Saulus sendiri maupun dari mereka yang membantunya. Pelarian yang menegangkan ini bukan hanya merupakan upaya untuk menyelamatkan fisik Saulus, tetapi juga merupakan bukti bahwa Allah melindungi hamba-Nya bahkan di tengah ancaman paling nyata. Momen pelarian ini menandai kelanjutan perjalanan Saulus, yang kelak akan menjadi rasul Paulus, salah satu misionaris terbesar yang pernah ada, yang karyanya menjangkau banyak bangsa dan membentuk dasar-dasar gereja.
Kisah ini menunjukkan bagaimana iman yang baru ditemukan dapat menghadapi penolakan dan permusuhan, tetapi juga bagaimana Allah bekerja melalui orang-orang percaya untuk melindungi dan memperlengkapi mereka yang Dia panggil. Saulus, yang kini dikenal sebagai Paulus, tidak menyerah pada ancaman tersebut, melainkan menemukan jalan keluar dan terus melanjutkan pelayanannya yang berdampak besar bagi dunia.