Kisah Para Rasul 9:36 - Tabita Bangkit dari Kematian

Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita, yang dalam bahasa Yunani disebut Dorkas. Perempuan ini banyak berbuat baik dan memberi sedekah.

Bangkit

Kisah tentang Tabita yang bangkit dari kematian, sebagaimana tercatat dalam Kitab Kisah Para Rasul pasal 9 ayat 36-43, merupakan salah satu mukjizat paling menyentuh yang dicatat dalam Alkitab. Kisah ini tidak hanya menampilkan kuasa penyembuhan dan kebangkitan melalui para rasul, tetapi juga menyoroti pentingnya karakter baik, kasih, dan pelayanan dalam kehidupan seorang pengikut Kristus.

Tabita, yang hidup di kota Yope, dikenal sebagai seorang murid yang penuh kasih. Nama "Tabita" sendiri berarti "gazelle" dalam bahasa Aram, simbol keindahan dan keanggunan. Namun, keindahan Tabita yang sesungguhnya terpancar dari tindakannya. Ia adalah perempuan yang rajin berbuat baik dan dermawan. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga memperhatikan kebutuhan orang-orang di sekitarnya, terutama para janda yang mungkin terlupakan.

Kebaikan Tabita digambarkan secara konkret. Ia seringkali menjahit pakaian untuk para janda dan orang-orang miskin. Pakaian-pakaian ini bukan sekadar kebutuhan dasar, tetapi juga simbol kepedulian dan cinta yang ia curahkan. Ia memberikan kehangatan, bukan hanya melalui kain yang ia jahit, tetapi juga melalui hati yang tulus. Kehidupannya adalah cerminan nyata dari ajaran Kristus tentang mengasihi sesama.

Ketika Tabita jatuh sakit dan meninggal, kesedihan melanda kota Yope. Para janda yang telah ia layani sangat berduka. Mereka tidak hanya kehilangan seorang sahabat, tetapi juga sumber pertolongan dan kasih. Dalam kesedihan mereka, mereka teringat akan Petrus yang sedang berada di Lydda, tidak jauh dari Yope. Maka, mereka mengirimkan utusan untuk memohon kedatangan Petrus.

Petrus datang ke Yope dan disambut dengan tangisan para janda yang menunjukkan pakaian-pakaian yang dibuat oleh Tabita. Melihat kesedihan mereka dan mendengar kesaksian tentang kebaikan Tabita, hati Petrus tergerak. Ia kemudian masuk ke kamar tempat jenazah Tabita disemayamkan. Dalam doa yang tulus dan penuh iman, ia memanggil Tabita, "Tabita, bangunlah!"

Dan sungguh ajaib, mata Tabita terbuka, ia melihat Petrus, lalu bangkit duduk. Petrus kemudian mengangkatnya dan membawanya ke hadapan orang-orang yang berkumpul. Peristiwa ini menjadi kesaksian yang luar biasa tentang kuasa Allah yang bekerja melalui Petrus. Kabar tentang kebangkitan Tabita segera menyebar ke seluruh Yope. Banyak orang yang menyaksikan keajaiban ini percaya kepada Tuhan. Kehidupan dan kematian Tabita, serta kebangkitannya, menjadi alat kesaksian yang efektif bagi Injil.

Kisah Tabita mengingatkan kita bahwa kehidupan yang penuh dengan kebaikan, pelayanan, dan kasih adalah kesaksian yang kuat. Tindakan-tindakan kecil yang dilakukan dengan hati yang tulus dapat meninggalkan dampak yang besar, bahkan hingga melampaui batas kehidupan itu sendiri. Peristiwa ini juga menegaskan bahwa bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Kuasa-Nya mampu memulihkan, membangkitkan, dan membawa harapan bahkan dalam situasi yang paling kelam sekalipun.