"Tetapi pertama-tama Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh angkatan ini."
Ilustrasi visual: Penderitaan dan penolakan yang dihadapi Yesus.
Ayat Lukas 17:25 merupakan sebuah pernyataan yang penting dari Yesus Kristus, yang diucapkan di tengah perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ayat ini tidak sekadar sebuah ramalan, melainkan sebuah pengingat tegas tentang realitas yang harus dihadapi Sang Juruselamat. Dalam kalimat singkat tersebut, tersirat makna mendalam mengenai natur pelayanan-Nya di dunia, yaitu penderitaan yang tak terhindarkan dan penolakan dari generasi yang Ia datang untuk selamatkan.
Frasa "pertama-tama Ia harus menanggung banyak penderitaan" secara eksplisit menegaskan bahwa penderitaan bukanlah suatu kebetulan, melainkan sebuah keniscayaan yang telah direncanakan dalam rencana ilahi. Kata "harus" menunjukkan sebuah keharusan yang tidak bisa dihindari, menggarisbawahi signifikansi penderitaan tersebut dalam misi penebusan. Penderitaan ini bukan hanya sekadar rasa sakit fisik, tetapi juga kesedihan mendalam, pengkhianatan, kesepian, dan pengorbanan jiwa. Ini adalah penderitaan yang akan mencapai puncaknya di kayu salib, sebuah pengorbanan terbesar demi dosa seluruh umat manusia.
Lebih lanjut, ayat ini juga menyoroti "ditolak oleh angkatan ini". Penolakan ini datang dari berbagai kalangan, termasuk para pemimpin agama, orang banyak yang mengikutinya, bahkan murid-murid-Nya sendiri dalam berbagai tingkat pemahaman dan kesetiaan. Penolakan ini menunjukkan betapa sulitnya bagi manusia untuk menerima kebenaran ilahi yang seringkali bertentangan dengan keinginan dan pemahaman duniawi. Yesus, yang datang membawa pesan kerajaan surga, justru disambut dengan keraguan, kecurigaan, dan akhirnya permusuhan oleh generasi yang seharusnya menerima-Nya. Ini menjadi sebuah gambaran suram tentang bagaimana manusia bisa menolak Sang Pencipta yang datang untuk menebus mereka.
Pentingnya ayat Lukas 17:25 terletak pada bagaimana ayat ini mempersiapkan para murid—dan kita sebagai pembaca—untuk memahami konteks dari kematian dan kebangkitan Yesus. Tanpa pemahaman akan penderitaan dan penolakan yang Ia alami, kisah penebusan akan terasa tidak lengkap. Ayat ini mengingatkan kita bahwa jalan menuju kebangkitan dan kemenangan seringkali melewati lembah penderitaan dan penolakan. Ini juga menjadi cerminan bagi kehidupan orang percaya, yang mungkin juga akan mengalami kesulitan, penganiayaan, atau penolakan karena kesaksian mereka akan Kristus.
Memahami Lukas 17:25 membantu kita untuk melihat Yesus bukan hanya sebagai sosok yang penuh kasih dan penyembuh, tetapi juga sebagai Mesias yang rela berkorban dan menghadapi perlawanan demi kasih-Nya kepada dunia. Penolakan yang Ia alami bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses menuju pemulihan total. Dengan demikian, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kedalaman pengorbanan Kristus dan keteguhan iman yang Ia tunjukkan di hadapan segala kesulitan.
Bagi kita saat ini, ayat ini menjadi panggilan untuk merefleksikan hubungan kita dengan Yesus. Apakah kita menerima Dia sepenuhnya, dengan segala kebenaran dan tuntutan-Nya, ataukah kita ikut menolak-Nya dengan cara kita sendiri melalui ketidakpedulian atau penolakan terhadap firman-Nya? Lukas 17:25 tetap relevan, mengingatkan kita akan harga yang dibayar untuk keselamatan dan pentingnya kesetiaan di tengah tantangan.