"Pada hari itu, siapa yang berada di atas rumah, janganlah ia turun untuk mengambil barang-barangnya di dalam rumah."
Ayat Lukas 17:31 memberikan sebuah instruksi yang sangat gamblang dari Yesus Kristus mengenai respons umat-Nya ketika mereka menghadapi sebuah peristiwa yang memerlukan tindakan cepat dan segera. Kalimat "Pada hari itu, siapa yang berada di atas rumah, janganlah ia turun untuk mengambil barang-barangnya di dalam rumah" bukanlah sekadar nasihat, melainkan sebuah peringatan keras untuk meninggalkan segala sesuatu yang bersifat material dan duniawi. Konteks ayat ini seringkali dikaitkan dengan kedatangan Tuhan yang mendadak dan tak terduga, mirip dengan peristiwa hari penghakiman atau penghancuran Sodom dan Gomora yang diceritakan sebelumnya dalam pasal yang sama.
Perintah untuk "turun mengambil barang-barang" menyimbolkan keinginan manusia untuk menyelamatkan harta benda, kenangan, atau segala sesuatu yang mereka anggap berharga di dunia. Namun, Yesus menekankan bahwa dalam momen krusial seperti itu, barang-barang tersebut menjadi tidak berarti dan bahkan bisa menjadi penghalang untuk keselamatan jiwa. Fokus haruslah pada prioritas tertinggi: keselamatan kekal dan keterikatan pada Tuhan. Kelekatan pada materi seringkali menjadi akar dari banyak kesibukan dan kekhawatiran yang menjauhkan manusia dari kehadiran Tuhan.
Instruksi ini merupakan ujian iman yang sangat mendalam. Apakah kita lebih menghargai kekayaan materi atau kehidupan kekal? Apakah kita siap melepaskan segala ikatan duniawi demi mengikuti Kristus sepenuhnya? Di era modern ini, kita mungkin tidak menghadapi situasi fisik yang sama persis seperti di zaman Yesus, namun prinsipnya tetap relevan. Kita seringkali terikat pada pekerjaan, ambisi, keinginan duniawi, atau bahkan hubungan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Ketika panggilan Tuhan datang, entah itu melalui teguran ilahi, krisis pribadi, atau undangan untuk melayani, kita seringkali masih ragu-ragu karena takut kehilangan "barang-barang" kita.
Yesus tidak mengajarkan untuk tidak bekerja atau tidak memiliki harta. Namun, Dia mengajarkan untuk tidak memperbudak diri pada hal-hal tersebut. Ketika situasi mengharuskan kita memilih antara mengikuti kehendak Tuhan dan mempertahankan apa yang dunia tawarkan, pilihan haruslah jelas. Ayat ini mengajarkan kita untuk terus menerus mengevaluasi prioritas hidup kita. Apakah fondasi hidup kita dibangun di atas pasir kehidupan duniawi yang fana, atau di atas batu karang kebenaran firman Tuhan yang abadi? Memiliki barang bukan masalah, namun membiarkan barang mengendalikan hidup kita adalah masalah besar yang dapat menghalangi kita dari janji-janji kekal.
Oleh karena itu, kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran rohani yang senantiasa siap sedia. Ini berarti menjaga hati kita dari ketamakan, melepaskan keterikatan yang berlebihan pada dunia, dan selalu siap untuk menjawab panggilan Tuhan tanpa ragu. Keputusan untuk tidak kembali mengambil barang-barang duniawi di rumah menandakan kemauan untuk bergerak maju, fokus pada tujuan ilahi, dan meletakkan kepercayaan penuh kepada pemeliharaan Tuhan, bahkan ketika segala sesuatu tampak runtuh. Ini adalah seruan untuk melepaskan beban agar dapat berlari lebih cepat dalam perlombaan iman yang telah ditetapkan bagi kita.