Lukas 22:65
"Dan beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya; mereka memukul Dia dan bertanya kepada-Nya: "Nubuatkanlah siapa yang memukul Engkau?" Dan banyak lagi hujat yang mereka ucapkan terhadap-Nya."
Konteks dan Makna
Ayat Lukas 22:65 menggambarkan salah satu momen paling menyedihkan dalam kisah sengsara Yesus Kristus. Setelah ditangkap dan diadili secara tidak adil, Yesus mengalami siksaan fisik dan penghinaan yang luar biasa dari para penjaga dan pemimpin agama pada waktu itu. Tindakan meludahi, menutupi wajah-Nya, dan memukul adalah bentuk perlakuan keji yang menunjukkan betapa remehnya mereka memandang-Nya, bahkan ketika Dia adalah Anak Allah.
Pertanyaan "Nubuatkanlah siapa yang memukul Engkau?" adalah sebuah ejekan yang brutal. Mereka memaksa Yesus untuk menggunakan karunia-Nya sebagai nabi atau Mesias untuk mengidentifikasi para penyiksa-Nya. Namun, Yesus, dalam ketahanan dan kasih-Nya yang tak tergoyahkan, tidak menggunakan kekuatan ilahi-Nya untuk membalas atau menghukum mereka. Sebaliknya, Dia menanggung penderitaan ini sebagai bagian dari misi penebusan-Nya bagi seluruh umat manusia.
Peristiwa ini menegaskan kelemahan manusia dalam memperlakukan sesama, terutama ketika dipenuhi dengan kebencian, ketakutan, dan kesombongan. Ayat ini menyoroti kontras yang tajam antara kekejaman manusia dan kesucian serta pengorbanan Yesus. Sikap Yesus yang tenang dalam menghadapi kekejaman tersebut menunjukkan kekuatan karakter-Nya yang luar biasa dan pengabdian-Nya yang total terhadap kehendak Bapa di surga.
Refleksi dan Pelajaran
Lukas 22:65 bukan sekadar catatan sejarah tentang penderitaan Yesus, tetapi juga sebuah panggilan untuk refleksi mendalam. Ayat ini mengajarkan kita tentang:
- Kasih yang Tanpa Syarat: Yesus rela menanggung penderitaan ini demi kasih-Nya kepada kita, bahkan ketika diperlakukan dengan kebencian.
- Ketahanan dalam Penderitaan: Kisah ini menginspirasi kita untuk tetap kuat dan percaya di hadapan kesulitan, mencontoh ketahanan Yesus.
- Pengampunan: Meskipun disakiti secara fisik dan emosional, Yesus mengajarkan pentingnya pengampunan, bahkan kepada musuh-musuh-Nya.
- Kebijaksanaan Ilahi: Cara Yesus merespons (atau tidak merespons) ejekan tersebut menunjukkan kebijaksanaan ilahi-Nya yang melampaui pemahaman manusia.
Saat kita merenungkan ayat ini, kita diingatkan akan harga yang harus dibayar untuk keselamatan kita. Perlakuan keji yang dialami Yesus seharusnya memotivasi kita untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, menyebarkan kasih, belas kasihan, dan kebenaran di dunia yang seringkali dipenuhi dengan kepahitan. Kita dipanggil untuk menjadi mercusuar harapan, meneladani Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita, bahkan ketika menghadapi tantangan dan kesulitan. Melalui pengorbanan-Nya, kita menemukan pemulihan dan janji kehidupan kekal.