Ayat Lukas 3:26, meskipun singkat, memegang peranan penting dalam narasi garis keturunan Yesus Kristus yang disajikan dalam Injil Lukas. Bagian ini merupakan titik akhir dari silsilah yang panjang dan rinci, yang dimulai dari Yesus sendiri dan bergerak mundur melalui beberapa generasi tokoh-tokoh Alkitab yang signifikan. Bagian ini membawa kita kembali ke akar kemanusiaan Yesus, menghubungkannya dengan seluruh umat manusia melalui Adam, dan akhirnya, menempatkannya di hadapan Allah.
Ketika kita menelusuri silsilah di Lukas 3, kita melihat daftar nama-nama yang panjang, dari Yohanes Pembaptis, melalui Daud, Abraham, Nuh, dan akhirnya sampai pada Adam. Tujuannya bukan sekadar untuk mencatat sejarah genealogis, tetapi untuk menegaskan identitas dan keilahian Yesus. Dengan menyajikan garis keturunan yang mengarah kembali ke Adam, Injil Lukas secara implisit menunjukkan bahwa Yesus adalah manusia sejati, mewarisi sifat kemanusiaan dari leluhur bersama seluruh umat manusia. Ini adalah penegasan penting untuk pemahaman misi penebusan-Nya. Yesus datang sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia.
Namun, pernyataan "anak Allah" di akhir ayat ini adalah kunci yang membedakan Yesus dari seluruh keturunan Adam yang lain. Sementara Adam adalah anak Allah dalam arti penciptaan, Yesus adalah Anak Allah dalam arti ilahi, yaitu Pribadi Ilahi kedua dalam Tritunggal. Penempatan frasa ini di akhir silsilah yang mengaitkannya dengan kemanusiaan memberikan penekanan yang luar biasa pada natur ganda Yesus: sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Allah.
Para ahli teologi dan pembaca Alkitab sepanjang masa telah merenungkan makna mendalam dari silsilah ini. Ini bukan sekadar daftar nama yang membosankan, tetapi sebuah pernyataan doktrinal yang kuat. Melalui Adam, Yesus terhubung dengan seluruh umat manusia, menjangkau setiap orang yang pernah hidup. Melalui penunjukan-Nya sebagai "anak Allah," Yesus ditegaskan sebagai Juruselamat yang unik, satu-satunya yang memiliki kuasa untuk mendamaikan manusia dengan Allah.
Dalam konteks Injil Lukas yang secara konsisten menyoroti perhatian Yesus pada kaum terpinggirkan dan pentingnya keselamatan bagi semua orang, silsilah yang dimulai dari Adam dan berakhir dengan penegasan keilahian-Nya menjadi sangat relevan. Ini menunjukkan bahwa tawaran keselamatan Yesus tidak terbatas, dan bahwa Ia adalah Penebus bagi seluruh ciptaan, bukan hanya bagi sebagian kelompok tertentu. Ayat Lukas 3:26, meski ringkas, merangkum esensi dari siapa Yesus itu dan mengapa kedatangan-Nya begitu krusial bagi rencana keselamatan Allah. Ini adalah pengingat bahwa Yesus adalah bagian dari sejarah manusia, namun melampaui sejarah itu sendiri melalui natur ilahi-Nya.