Lukas 4:36 - Kuasa Kata-Nya

"Maka takjublah sekalian orang itu, sehingga mereka bertanya seorang kepada yang lain, katanya: "Apa kata orang ini? Ia mengajarkan dengan kuasa dan wibawa!"

Ayat Lukas 4:36 mengabadikan momen luar biasa ketika Yesus Kristus selesai mengajar di sinagoge. Reaksi spontan dan takjub dari orang-orang yang mendengarkannya bukan sekadar kekaguman biasa, melainkan sebuah kesaksian atas sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Mereka terkesima, bukan hanya oleh isi pengajaran-Nya, tetapi lebih dari itu, oleh cara pengajaran-Nya. Kata kunci di sini adalah "kuasa dan wibawa".

Apa yang membedakan pengajaran Yesus dari para ahli Taurat dan pemimpin agama pada masa itu? Para ahli Taurat seringkali mengutip tradisi, menafsirkan hukum dengan berbagai cara, dan seringkali kehilangan esensi dari Firman Tuhan itu sendiri. Mereka berbicara berdasarkan otoritas manusia, kesimpulan mereka, dan pemahaman mereka tentang hukum. Namun, Yesus berbicara dengan otoritas yang berbeda. Dia berbicara seolah-olah Firman itu berasal langsung dari diri-Nya, karena memang Dialah Firman itu sendiri, Sang Pencipta yang berdiam di tengah-tengah ciptaan-Nya.

Ketika Yesus mengajar, ada kekuatan yang menyertainya. Kata-kata-Nya bukan sekadar rangkaian bunyi atau teori belaka. Kata-kata-Nya memiliki daya untuk mengubah, menyembuhkan, dan memberi kehidupan. Pengalaman orang-orang di sinagoge itu adalah bukti nyata dari kuasa firman yang hidup. Mereka melihat bahwa ajaran-Nya tidak datar, tidak ambigu, melainkan tegas, jelas, dan berorientasi pada kebenaran ilahi. Keajaiban yang sering menyertai pengajaran-Nya, seperti kesaksian di pasal-pasal sebelumnya di Lukas, telah membangun reputasi-Nya sebagai seorang pengajar yang unik dan berkuasa.

Lebih lanjut, frasa "wibawa" menunjukkan bahwa pengajaran Yesus disertai dengan integritas moral dan kebenaran yang tak terbantahkan. Wibawa-Nya bukan berasal dari kedudukan atau gelar, melainkan dari keselarasan antara perkataan dan perbuatan-Nya, serta dari hakikat ilahi-Nya. Orang-orang merasakan bahwa Dia berbicara dengan otoritas yang mutlak, otoritas yang datang dari Surga. Hal ini membuat mereka bertanya-tanya, "Siapakah gerangan orang ini?" Pertanyaan itu mencerminkan kebingungan mereka di hadapan sesuatu yang transenden.

Fenomena ini relevan bagi kita hingga hari ini. Seringkali, kita mendengar banyak khotbah, banyak ajaran, tetapi apakah kita merasakan "kuasa dan wibawa" di dalamnya? Apakah kata-kata yang kita dengar memiliki kekuatan untuk mengubah hati, pikiran, dan tindakan kita? Ajaran Yesus, seperti yang tercatat dalam Lukas 4:36, mengingatkan kita bahwa firman Tuhan yang disampaikan dengan benar, yang berakar pada otoritas ilahi, memiliki kekuatan transformatif yang luar biasa.

Dalam kehidupan pribadi kita, ketika kita merenungkan Kitab Suci atau mendengarkan firman Tuhan, marilah kita terbuka untuk merasakan kuasa dan wibawa-Nya. Firman Tuhan bukanlah buku sejarah kuno, melainkan sumber kehidupan yang segar dan relevan. Saat kita mengizinkan kebenaran firman-Nya bekerja dalam diri kita, kita akan mengalami perubahan yang mendalam, sebagaimana orang-orang di sinagoge itu takjub pada ajaran Yesus. Kuasa kata-Nya adalah janji abadi bagi setiap orang yang mau mendengarkan dengan hati yang terbuka.

Simbol kekuasaan dan otoritas yang disampaikan melalui firman.