Lukas 9:40 - Kuasa Mengusir Setan

Dan aku telah memohon kepada murid-murid-Mu untuk mengusirnya, tetapi mereka tidak dapat.

Ilustrasi orang berseru kepada Yesus untuk mengusir roh jahat Ayat Lukas 9:40 Seorang ayah berseru "Guru, lihatlah anakku!" Roh itu sulit diatasi Murid tak mampu mengusir

Kisah yang tertera dalam Lukas 9:37-43 ini menyajikan momen yang penuh dramatisme dan implikasi teologis yang mendalam. Perikop ini menggambarkan sebuah situasi di mana seorang ayah datang kepada Yesus dengan keputusasaan yang luar biasa. Ia membawa anaknya yang sedang kerasukan roh jahat, yang telah menyiksanya sejak kecil, menyebabkan anak itu jatuh ke dalam api atau air dengan tiba-tiba. Upaya murid-murid Yesus untuk mengusir roh jahat tersebut telah menemui kegagalan, yang menggarisbawahi betapa kuatnya ikatan roh jahat itu.

Frasa "aku telah memohon kepada murid-murid-Mu untuk mengusirnya, tetapi mereka tidak dapat" menunjukkan sebuah titik krusial. Yesus baru saja turun dari gunung bersama Petrus, Yohanes, dan Yakobus setelah peristiwa transfigurasi. Ketika mereka bertemu dengan kerumunan orang banyak, seorang bapa berseru, "Guru, aku memohon kepada-Mu, lihatlah anakku, karena ia adalah satu-satunya anakku. Roh ini merebutnya, dan tiba-tiba ia bersuara, lalu tubuhnya bergoncang-goncang sampai keluar buih dari mulutnya. Ia meremukkannya dan enggan meninggalkannya." Permohonan ayah ini bukan hanya permintaan tolong bagi anaknya, tetapi juga pengakuan akan otoritas Yesus yang belum pernah ia saksikan secara langsung dalam tindakan pengusiran roh.

Mengapa Murid-Murid Gagal?

Kegagalan murid-murid dalam mengusir roh jahat ini bukanlah kebetulan semata. Yesus sendiri memberikan penjelasan setelah kejadian tersebut. Dalam ayat Lukas 9:41, Ia berkata, "Wahai generasi yang tidak percaya dan sesat, berapa lama lagi Aku harus menyertai kamu dan menanggung kamu? Bawalah anakmu kemari." Setelah mengusir roh jahat itu, Yesus kemudian berdiskusi dengan murid-murid-Nya secara pribadi. Ia menjelaskan bahwa jenis roh jahat seperti ini hanya dapat diusir melalui doa. Hal ini menyiratkan bahwa iman murid-murid saat itu belum cukup kuat, atau mereka belum memahami sepenuhnya kuasa yang dianugerahkan kepada mereka oleh Yesus.

Ayat Lukas 9:40 ini, meskipun singkat, membuka perdebatan mengenai sumber kekuatan dalam pelayanan rohani. Apakah itu semata-mata karena otoritas yang diberikan oleh Yesus, ataukah ada faktor lain seperti kedalaman iman dan hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa? Kisah ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita diperlengkapi dengan kuasa ilahi, kerendahan hati, iman yang teguh, dan ketergantungan pada doa adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan-tantangan spiritual yang berat. Momen ini menjadi pelajaran berharga bagi para murid dan juga bagi kita, agar senantiasa menjaga kedekatan dengan Sang Sumber segala kuasa.

Kisah ini juga menegaskan kembali klaim Yesus atas kuasa atas segala kegelapan. Ketika murid-murid-Nya, yang telah diberi kuasa dan tugas oleh Yesus, tidak mampu mengatasi roh jahat tersebut, Yesus turun tangan. Ini menunjukkan bahwa otoritas tertinggi tetap berada pada diri-Nya. Ketergantungan penuh pada Yesus, baik oleh individu yang membutuhkan pertolongan maupun oleh para pelayan-Nya, adalah esensi dari kemenangan melawan kuasa kegelapan.