Maleakhi 4:4

"Ingatlah hukum Musa, hamba-Ku, yang telah Kuperintahkan kepadanya di Horeb untuk seluruh orang Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan."

Ilustrasi Kitab Musa dan Matahari Terbit MUSA

Ayat dari Kitab Maleakhi pasal 4, ayat 4, merupakan penutup dari seluruh kitab Perjanjian Lama. Ayat ini memberikan penekanan yang sangat kuat dan penting bagi umat Allah, yaitu untuk senantiasa mengingat hukum Musa. Perintah ini bukan sekadar pengingat historis, melainkan sebuah instruksi yang memiliki implikasi teologis dan spiritual yang mendalam. Hukum Musa, yang juga dikenal sebagai Taurat, terdiri dari lima kitab pertama Alkitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab ini mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari asal-usul manusia, hubungan dengan Allah, tata cara ibadah, hingga pedoman moral dan etika yang harus dijalani oleh bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.

Perintah untuk mengingat hukum Musa ini diberikan di Horeb, yang merupakan nama lain dari Gunung Sinai. Di tempat inilah Allah secara langsung memberikan hukum-Nya kepada Musa untuk disampaikan kepada seluruh umat Israel. Ini menunjukkan bahwa hukum tersebut memiliki otoritas ilahi yang mutlak. Maleakhi menegaskan bahwa ketetapan dan peraturan yang terkandung di dalamnya adalah firman Allah sendiri, yang mengikat dan berlaku bagi semua orang Israel. Pada masa Maleakhi, umat Israel sedang mengalami masa kemunduran spiritual. Banyak di antara mereka yang mulai melupakan bahkan mengabaikan hukum Allah, sibuk dengan urusan duniawi dan kembali terjerumus dalam berbagai praktik yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Ayat ini menjadi seruan pertobatan dan pengingat akan perjanjian mereka dengan Allah.

Mengapa penting untuk mengingat hukum Musa? Pertama, hukum tersebut menunjukkan kebenaran dan kekudusan Allah. Melalui hukum-Nya, kita dapat melihat standar kesempurnaan yang diharapkan oleh Allah dari umat-Nya. Kegagalan manusia untuk memenuhi standar ini kemudian menyoroti kebutuhan akan pengampunan dan penebusan. Kedua, hukum Musa berfungsi sebagai pendidik menuju Kristus. Rasul Paulus dalam Galatia 3:24 menyatakan bahwa "Hukum Taurat menjadi pendidik kita sampai Kristus, supaya kita dibenarkan karena iman." Hukum tersebut memperlihatkan dosa dan ketidakmampuan kita, sehingga kita dipimpin untuk mencari keselamatan yang hanya dapat ditemukan dalam iman kepada Yesus Kristus.

Pada akhir Perjanjian Lama, penekanan pada hukum Musa ini juga menjadi dasar antisipasi kedatangan Mesias. Maleakhi sendiri bernubuat tentang kedatangan "utusan perjanjian" (Maleakhi 3:1) yang akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Ketaatan pada hukum Musa adalah cerminan dari ketaatan yang diharapkan oleh Allah. Bagi orang percaya di masa kini, ayat ini tetap relevan. Meskipun kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat dalam arti legalistik seperti bangsa Israel, prinsip-prinsip moral dan kebenaran yang terkandung di dalamnya tetap menjadi panduan. Yesus sendiri mengajarkan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau para nabi, melainkan untuk menggenapinya (Matius 5:17).

Oleh karena itu, peringatan Maleakhi 4:4 ini mengundang kita untuk meninjau kembali hubungan kita dengan firman Allah. Kita diingatkan untuk tidak mengabaikan ajaran-ajaran dasar yang telah diberikan oleh Tuhan, baik melalui Musa maupun melalui Firman-Nya yang tergenapi dalam Yesus Kristus. Mari kita renungkan bagaimana kita dapat menerapkan kebenaran-kebenaran abadi ini dalam kehidupan sehari-hari, agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya, memuliakan nama-Nya, dan menjadi terang di dunia.