"Dan beberapa orang dari mereka yang berdiri di sana berkata: "Mengapa kamu melepaskan seekor keledai muda?"
Ayat Markus 11:5 mengisahkan sebuah momen penting dalam narasi Injil, yaitu peristiwa masuknya Yesus secara megah ke kota Yerusalem. Momen ini bukan sekadar sebuah perjalanan biasa, melainkan sebuah deklarasi yang sarat makna, bahkan seringkali disebut sebagai Penabalan Raja. Yesus, yang sebelumnya sering berjalan sederhana, kini melakukan sebuah tindakan yang telah dinubuatkan oleh para nabi.
Dalam konteks ini, Yesus mengirim dua murid-Nya untuk pergi ke sebuah desa di depan mereka. Perintah-Nya adalah untuk melepaskan seekor keledai muda yang terikat, yang belum pernah ditunggangi oleh siapa pun. Jika ada yang bertanya, mereka diperintahkan untuk menjawab bahwa Tuhan memerlukannya, dan segera orang itu akan mengizinkan mereka membawanya pergi.
Pemilihan keledai muda sebagai tunggangan Yesus memiliki makna simbolis yang mendalam. Berbeda dengan kuda yang sering diasosiasikan dengan perang dan kekuatan militer, keledai melambangkan kedamaian, kerendahan hati, dan ketaatan. Dalam tradisi Israel, para raja dan orang-orang penting kadang-kadang menunggangi keledai, namun tindakan Yesus ini menekankan sifat pemerintahan-Nya yang bukan berasal dari dunia.
Pertanyaan dari orang-orang yang melihat keledai muda dilepaskan, "Mengapa kamu melepaskan seekor keledai muda?" (Markus 11:5), menunjukkan adanya kebingungan dan rasa ingin tahu dari mereka yang menyaksikan. Tindakan ini tampak tidak biasa, namun jawaban yang diberikan oleh para murid—bahwa "Tuhan memerlukannya"—secara efektif menenangkan pertanyaan dan mengizinkan peristiwa itu berlanjut.
Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa tindakan Yesus seringkali melampaui pemahaman duniawi. Ia datang bukan sebagai penakluk duniawi dengan pasukan bersenjata, melainkan sebagai Raja kedamaian yang membawa keselamatan. Ketaatan keledai muda yang belum pernah ditunggangi, serta ketaatan pemiliknya yang mengizinkan keledai itu dibawa pergi, mencerminkan tema penyerahan diri dan pelayanan yang menjadi inti ajaran Yesus.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan panggilan Tuhan dan menaati-Nya, bahkan ketika perintah-Nya tampak tidak biasa atau sulit dipahami. Ini juga mengingatkan kita untuk melihat melampaui penampilan luar dan memahami kebenaran yang lebih dalam yang Yesus ungkapkan melalui tindakan-Nya. Yesus, dalam kerendahan hati-Nya, memilih untuk memasuki kota suci dengan cara yang tenang namun penuh kuasa, mempersiapkan jalan bagi penggenapan misi penyelamatan-Nya.