Ayat Markus 9:27 mencatat sebuah momen yang penuh kuasa dan kelembutan dalam pelayanan Yesus. Peristiwa ini terjadi setelah Yesus turun dari gunung perubahan-Nya bersama Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Di kaki gunung, mereka mendapati kerumunan orang yang sedang berdebat sengit dengan murid-murid Yesus. Ternyata, seorang ayah membawa anaknya yang sakit keras, yang menderita penyakit aneh yang membuatnya tuli dan bisu, berharap kesembuhan. Murid-murid Yesus sebelumnya telah mencoba mengusir roh jahat tersebut namun gagal.
Ketika Yesus tiba, orang banyak bergegas menyambut-Nya, dan seorang ayah dengan suara bergetar memohon, "Guru, aku telah membawa anakku laki-laki kepada-Mu, ia seorang anak yang kerasukan roh yang membuat dia bisu..." (Markus 9:17). Rasa putus asa dan harapan terpancar dari perkataan ayah tersebut. Yesus, dengan pemahaman-Nya yang mendalam tentang situasi, segera menegur roh jahat itu. Ayat kunci Markus 9:27 menampilkan perintah Yesus yang tegas dan berkuasa:
"Dan ketika Yesus melihat bahwa orang banyak makin StringIO mendekat, ditegur-Nya roh jahat itu, kata-Nya kepadanya: 'Hai engkau roh jahat yang membuat orang bisu dan tuli ini, Aku menyuruh engkau, keluarlah dari padanya dan jangan lagi masuk lagi ke dalamnya.'"
Perintah ini bukan sekadar permintaan, melainkan sebuah otoritas ilahi. Yesus berbicara kepada roh jahat itu dengan kepastian bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengendalikannya. Roh tersebut, yang telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi anak dan keluarganya, diperintahkan untuk keluar dan tidak kembali. Apa yang mengikuti adalah demonstrasi kuasa Yesus yang luar biasa. Roh jahat itu meronta-ronta, mengeluarkan anak itu dari tubuhnya, membuatnya tampak seperti orang mati. Namun, Yesus mengangkat anak itu dan membangunkannya, memulihkan keadaan anak itu sepenuhnya.
Kisah ini mengajarkan banyak hal. Pertama, tentang betapa kuatnya kuasa kejahatan yang dapat melumpuhkan kehidupan seseorang, membuatnya terasing dan tidak dapat berkomunikasi. Kedua, tentang keraguan dan ketidakmampuan manusia, bahkan para murid-Nya, untuk mengatasi masalah-masalah tertentu tanpa intervensi ilahi. Dan yang terpenting, ayat Markus 9:27 menyoroti keunggulan dan kasih Yesus yang tanpa batas. Di tengah keramaian yang terus mendekat, perhatian Yesus tetap tertuju pada kebutuhan individu yang paling menderita. Ia tidak ragu untuk menggunakan kuasa-Nya untuk membebaskan, menyembuhkan, dan memulihkan. Perintah-Nya penuh keyakinan, menunjukkan bahwa bagi Dia, tidak ada masalah yang terlalu besar atau roh jahat yang terlalu kuat. Keseluruhan peristiwa ini menjadi pengingat yang kuat akan harapan yang ditawarkan oleh Yesus Kristus kepada mereka yang menderita, sebuah harapan akan kebebasan dan pemulihan total.