Ayat Matius 13:26 merupakan bagian dari rangkaian perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus Kristus di tepi danau. Perumpamaan ini dikenal sebagai perumpamaan tentang biji gandum dan lalang. Dalam konteksnya, Yesus menjelaskan tentang Kerajaan Surga melalui gambaran kehidupan sehari-hari yang sangat dipahami oleh pendengarnya, yaitu para petani. Ayat ini secara spesifik menyoroti momen kritis dalam pertumbuhan tanaman, yaitu saat biji gandum mulai tumbuh dan membentuk bulir, namun pada saat yang sama, lalang pun ikut muncul.
Makna di balik perumpamaan ini sangat mendalam. Sang pemilik ladang diibaratkan sebagai Tuhan atau Bapa di Surga, dan ladang adalah dunia. Biji gandum yang baik melambangkan orang-orang yang benar, yaitu anak-anak Kerajaan Surga. Sebaliknya, lalang mewakili musuh, yaitu Iblis, yang menaburkan benih ketidakbenaran di tengah-tengah orang benar. Jelas terlihat bahwa kehadiran lalang bukanlah kebetulan atau kesalahan, melainkan ulah dari seorang musuh.
Ketika para hamba pemilik ladang melihat adanya lalang, mereka bertanya apakah mereka harus mencabutnya. Jawaban pemilik ladang sangat bijak: "Jangan, nanti kamu sewaktu mencabut lalang itu, juga mencabut gandumnya. Biarlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu panen." Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam perjalanan hidup di dunia ini, orang-orang baik dan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan seringkali hidup berdampingan. Upaya untuk memisahkan atau menghakimi secara prematur bisa saja keliru dan justru merugikan orang-orang yang benar.
Perumpamaan ini memberikan perspektif tentang kesabaran ilahi dan rencana akhir Tuhan. Waktu panen diibaratkan sebagai akhir zaman, di mana malaikat-malaikat akan datang untuk memisahkan lalang dari gandum. Lalang akan dikumpulkan dan dibakar, sementara gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung Bapa. Ini adalah pengingat bahwa pada akhirnya, akan ada pemisahan yang tegas antara kebaikan dan kejahatan, antara mereka yang mengikuti Tuhan dan mereka yang menolak-Nya.
Bagi kita yang hidup di masa kini, perumpamaan ini mengajarkan pentingnya fokus pada pertumbuhan rohani pribadi, seperti menumbuhkan "gandum" dalam diri kita, sambil tetap waspada terhadap pengaruh negatif atau "lalang" yang mungkin ada di sekitar kita. Kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan kesucian, percaya pada penghakiman terakhir Tuhan yang adil. Ayat Matius 13:26, bersama dengan perumpamaan lengkapnya, adalah pengingat kuat tentang realitas spiritual yang sedang berlangsung dan janji masa depan Kerajaan Surga.