Ayat Matius 17:6 menggambarkan momen penting dalam pelayanan Yesus, ketika para murid menyaksikan kemuliaan-Nya. Pada waktu itu, Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke gunung yang tinggi. Di sana, Yesus berubah rupa di hadapan mereka. Wajah-Nya bersinar seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih seperti terang.
Selain penampilan Yesus yang mulia, dua tokoh besar dari Perjanjian Lama, Musa dan Elia, juga menampakkan diri dan berbicara dengan Yesus. Pengalaman transfigurasi ini adalah penegasan ilahi tentang identitas Yesus sebagai Anak Allah dan penggenapan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama. Namun, bagi para murid, pemandangan yang luar biasa ini justru memicu reaksi yang berbeda dari yang mungkin diharapkan. Kehadiran ilahi yang begitu nyata, yang melampaui pemahaman dan pengalaman manusia biasa, membuat mereka diliputi oleh ketakutan yang mendalam.
Ketakutan yang dialami para murid adalah respons yang umum ketika manusia berhadapan langsung dengan kesucian dan kuasa ilahi yang tidak dapat dijangkau. Dalam banyak kisah Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, orang seringkali gemetar, tersungkur, atau diliputi rasa takut ketika mengalami pertemuan dengan Tuhan atau malaikat-Nya. Hal ini bukan karena kejahatan, melainkan karena kesadaran akan jurang pemisah antara kekudusan Tuhan dan ketidaksempurnaan manusia.
Dalam konteks Matius 17:6, ketakutan ini bisa jadi merupakan campuran dari rasa kagum yang luar biasa, ketidakpahaman akan apa yang sedang terjadi, dan kesadaran akan betapa kecilnya diri mereka di hadapan kemuliaan yang begitu besar. Mereka belum sepenuhnya memahami jati diri Yesus dan signifikansi dari peristiwa ini. Di tengah keajaiban yang menakjubkan, alam bawah sadar mereka bereaksi dengan rasa gentar.
Namun, ini adalah bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan iman. Ketakutan tersebut segera diatasi oleh kehadiran Yesus yang menenangkan. Yesus mendekati mereka, menyentuh mereka, dan berkata, "Bangunlah, jangan takut." Perkataan dan sentuhan Yesus ini adalah simbol kuasa-Nya untuk meredakan ketakutan dan memberikan kedamaian. Ia tidak membiarkan ketakutan menguasai mereka, tetapi membimbing mereka dari pengalaman yang menakutkan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang siapa Dia.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam perjalanan iman, kita mungkin akan mengalami momen-momen yang membuat kita merasa kecil atau takut ketika berhadapan dengan kebesaran Tuhan. Namun, penting untuk diingat bahwa Tuhan selalu hadir untuk menenangkan dan membimbing kita. Dia mengubah momen ketakutan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan rohani, memperdalam kepercayaan kita kepada-Nya, dan membantu kita memahami lebih baik kemuliaan-Nya yang tak terhingga.