Ayat Matius 18:31 ini diambil dari perikop tentang pengampunan dalam Injil Matius pasal 18. Yesus sedang mengajarkan pentingnya pengampunan yang tidak terbatas kepada para murid-Nya. Konteks spesifik dari ayat ini adalah setelah Yesus menceritakan perumpamaan tentang hamba yang berhutang banyak kepada tuannya, namun ia tidak mau mengampuni sesama hambanya yang berhutang sedikit kepadanya. Sang tuan kemudian memanggil hamba yang tidak berbelas kasihan itu.
Dalam perumpamaan ini, sang tuan mewakili Allah yang mengampuni dosa-dosa kita yang sangat besar, sedangkan hamba mewakili sesama manusia yang berbuat salah kepada kita. Ayat 31 ini menggambarkan reaksi sang tuan ketika mengetahui kekejaman hambanya. Ia "menjadi sangat sedih". Kesedihan ini bukan sekadar emosi biasa, tetapi sebuah kepedihan yang mendalam atas ketidakpedulian dan kekejaman yang ditunjukkan oleh orang yang telah menerima begitu banyak belas kasihan.
Kesedihan sang tuan dalam Matius 18:31 mengingatkan kita pada beberapa kebenaran penting:
Matius 18:31 adalah panggilan untuk merefleksikan hati kita. Seberapa sering kita merasa kesal atau marah ketika seseorang tidak berbuat sesuai harapan kita, padahal kita sendiri telah banyak menerima pengampunan dari Tuhan? Mari kita renungkan:
Dengan memahami dan merenungkan Matius 18:31, kita diingatkan untuk tidak hanya menerima kasih karunia Allah, tetapi juga menjadi saluran kasih karunia itu bagi orang lain. Marilah kita berusaha hidup dalam semangat pengampunan yang diajarkan oleh Yesus Kristus, sehingga kita tidak lagi mendukakan hati Bapa di sorga dengan ketidakberbelas kasihan kita.
Untuk pendalaman lebih lanjut, Anda dapat mencari tafsiran Matius 18:31 dari sumber-sumber tepercaya.