Matius 20:33 - Permohonan yang Mengubah Hidup

Kata orang itu kepada-Nya: "Tuhan, supaya mataku dapat melihat."

Ayat pendek ini dari Injil Matius, pasal 20, ayat 33, menyimpan sebuah narasi yang sangat menyentuh dan penuh makna tentang iman, keputusasaan, dan keajaiban. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini merujuk pada kisah dua orang buta yang berseru kepada Yesus ketika Ia melewati Yerikho. Mereka telah mendengar tentang kuasa penyembuhan Yesus dan dengan segenap hati mereka memohon agar penglihatan mereka dikembalikan.

Dalam budaya pada masa itu, kebutaan seringkali berarti kemiskinan, keterasingan, dan ketidakberdayaan total. Orang buta seringkali tidak punya pilihan selain mengemis untuk bertahan hidup. Bayangkan betapa besarnya kegelapan yang mereka alami, bukan hanya secara fisik tetapi juga dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka hidup tanpa harapan untuk melihat wajah orang yang mereka cintai, tanpa harapan untuk menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan, dan tanpa harapan untuk mandiri. Kehidupan mereka terperangkap dalam keterbatasan yang nyata.

Ketika Yesus mendekat, kedua orang buta ini tidak ragu untuk berseru dengan suara lantang. Mereka mungkin menghadapi cibiran, keraguan, atau bahkan dorongan untuk diam dari orang-orang di sekitar mereka. Namun, suara mereka tidak terdiam. Panggilan mereka begitu mendesak, didorong oleh keyakinan yang mendalam bahwa Yesus adalah satu-satunya harapan mereka. Inilah inti dari permohonan mereka: bukan hanya sekadar "sembuhkan aku," tetapi sebuah permintaan yang sangat spesifik dan personal, "supaya mataku dapat melihat." Ini menunjukkan keinginan mendalam untuk kembali merasakan dunia yang tadinya terenggut dari mereka.

Respons Yesus terhadap permohonan mereka sangatlah tegas. Ia berhenti, memperhatikan mereka, dan bertanya, "Apa yang kamu mau supaya Aku perbuat bagimu?" Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan ketidaktahuan, melainkan sebuah undangan untuk mengartikulasikan iman mereka. Dan jawaban mereka, "Tuhan, supaya mataku dapat melihat," adalah pengakuan atas otoritas ilahi Yesus dan kebutuhan mendasar mereka. Tindakan Yesus yang mengembalikan penglihatan mereka adalah demonstrasi kekuatan kasih dan belas kasih Tuhan yang luar biasa.

Kisah Matius 20:33 mengajarkan kita beberapa pelajaran penting. Pertama, iman yang gigih adalah kunci. Orang buta ini tidak menyerah meskipun ada rintangan. Mereka terus berseru hingga mendapatkan perhatian Yesus. Kedua, permohonan yang tulus dan spesifik dapat mendatangkan keajaiban. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, dan mereka menyampaikannya dengan jelas. Ketiga, Yesus adalah sumber harapan dan penyembuhan. Ia tidak pernah menolak mereka yang datang kepada-Nya dengan iman. Ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa dalam kegelapan kehidupan kita, sekecil apapun itu, selalu ada harapan jika kita berani berseru kepada Tuhan dengan iman yang tulus. Permohonan mereka bukan hanya mengembalikan penglihatan fisik, tetapi juga membuka pintu bagi kehidupan yang baru, penuh potensi dan sukacita.