"Ketika mereka yang diupah itu datang, mereka masing-masing menerima satu dinar."
Ayat Matius 20:9 merupakan bagian dari perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus Kristus mengenai Kerajaan Surga, yang tercatat dalam Injil Matius pasal 20, ayat 1 hingga 16. Perumpamaan ini berfokus pada tuan kebun anggur yang memanggil para pekerja pada waktu yang berbeda sepanjang hari, namun pada akhirnya membayar upah yang sama kepada semuanya. Ayat 9, yang berbunyi "Ketika mereka yang diupah itu datang, mereka masing-masing menerima satu dinar," menggambarkan momen pembayaran upah kepada kelompok pekerja terakhir yang baru saja dipekerjakan di jam-jam menjelang senja.
Matius 20:9 seringkali menjadi titik fokus diskusi mengenai keadilan, kemurahan hati, dan sifat Kerajaan Surga. Perumpamaan ini dimulai dengan tuan kebun anggur yang pergi mencari pekerja untuk kebun anggurnya sejak pagi hari. Dia membuat perjanjian dengan pekerja pertama mengenai upah satu dinar sehari. Sepanjang hari, ia terus memanggil pekerja dari pasar, bahkan ada yang baru dipekerjakan satu jam sebelum matahari terbenam.
Ketika tibalah waktunya untuk membayar upah, tuan kebun anggur itu memerintahkan bendaharanya untuk memulai pembayaran dari pekerja yang terakhir datang hingga yang pertama. Di sinilah keheranan dan kekecewaan mulai muncul. Pekerja yang hanya bekerja satu jam menerima satu dinar, sama seperti mereka yang telah bekerja seharian penuh di bawah terik matahari. Ayat 9 mencatat momen pembayaran ini, di mana setiap orang, tanpa memandang lamanya waktu kerja, menerima jumlah upah yang sama: satu dinar.
Pesan utama dari perumpamaan ini, yang dipertegas oleh ayat 9, bukanlah tentang ketidakadilan atau upah yang tidak setimpal berdasarkan jam kerja. Sebaliknya, ini adalah ilustrasi tentang kemurahan hati Allah yang luar biasa dan sifat Kerajaan-Nya. Allah tidak terbatas pada cara manusia menilai keadilan atau kelayakan. Dia memiliki hak penuh untuk memberikan kemurahan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki, kapan saja Dia kehendaki. Kebaikan dan kasih karunia-Nya tidak selalu sejalan dengan "jam kerja" atau kontribusi yang kita rasa telah kita berikan.
Bagi orang percaya, ayat ini mengajarkan untuk tidak membandingkan berkat atau posisi rohani kita dengan orang lain. Kita dipanggil untuk bersyukur atas kemurahan yang kita terima, bukan iri atau mengeluh atas apa yang diterima orang lain. Kerajaan Surga bukan tentang "siapa yang berhak lebih banyak", tetapi tentang menerima anugerah Allah yang melimpah melalui iman. Kesetiaan dan waktu pelayanan kita dihargai oleh Tuhan, namun penting untuk menyadari bahwa Dia bisa memilih untuk memberikan berkat yang sama atau bahkan lebih kepada mereka yang baru saja datang kepada-Nya, sesuai dengan kasih dan kemurahan hati-Nya yang tak terbatas. Ayat ini mengingatkan kita untuk tetap fokus pada panggilan kita, melayani dengan hati yang bersyukur, dan mempercayai keadilan serta kemurahan hati Allah yang sempurna.