Ayat Mazmur 89:7 menyuarakan sebuah pertanyaan retoris yang mendalam, sebuah seruan kekaguman dan pengakuan akan kebesaran Tuhan yang tak tertandingi. Pertanyaan ini bukan sekadar mencari jawaban, melainkan sebuah deklarasi iman yang menegaskan keunikan dan keagungan Allah. Di tengah-tengah panteon dewa-dewi yang mungkin diakui oleh bangsa-bangsa lain di zaman kuno, pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada yang dapat disejajarkan dengan TUHAN.
Frasa "agung dalam kekudusan" menyoroti sifat ilahi Tuhan yang murni dan terpisah dari segala bentuk kejahatan. Kekudusan-Nya bukanlah sekadar ketiadaan dosa, melainkan kesempurnaan moral dan spiritual yang menjadi standar mutlak. Keagungan-Nya terpancar dari kesucian-Nya yang sempurna, membedakan-Nya dari setiap makhluk atau entitas lain. Kehadiran-Nya sendiri dipenuhi dengan kesucian yang memancar, menuntut rasa hormat dan takut akan Dia.
Selanjutnya, ayat ini menyebutkan bahwa Tuhan "dahsyat dalam pujian." Ini bisa diartikan dalam beberapa cara. Pertama, pujian yang dipersembahkan kepada Tuhan adalah sesuatu yang dahsyat, penuh kuasa, dan menggetarkan hati. Nyanyian pujian kepada-Nya bukanlah sekadar lantunan suara, melainkan ekspresi kekaguman yang mendalam yang dapat mengubah atmosfer dan membawa hadirat Tuhan. Kedua, Tuhan sendiri adalah objek pujian yang dahsyat. Kebesaran-Nya, perbuatan-Nya, dan kasih setia-Nya begitu luar biasa sehingga layak menerima segala pujian yang paling agung.
Bagian terakhir dari ayat ini, "serta pelaksana keajaiban," menekankan kuasa Tuhan yang aktif dalam dunia. Tuhan bukanlah dewa yang pasif atau jauh, melainkan Dia yang secara aktif bekerja, melakukan tindakan-tindakan luar biasa yang melampaui pemahaman manusia. Keajaiban-keajaiban-Nya adalah bukti nyata dari kekuasaan-Nya yang tak terbatas, menunjukkan bahwa Dia adalah pencipta dan pemelihara alam semesta, serta penguasa atas segala sesuatu. Dari perbuatan penciptaan hingga penyelamatan umat-Nya, Tuhan senantiasa membuktikan diri-Nya sebagai Tuhan yang ajaib.
Pertanyaan retoris ini mendorong kita untuk merenungkan siapa Tuhan kita. Apakah kita benar-benar memahami keagungan-Nya? Apakah kita menyadari kekudusan-Nya yang mutlak, kuasa-Nya dalam pujian, dan keajaiban-keajaiban-Nya yang berkelanjutan? Dalam dunia yang sering kali dibanjiri dengan klaim-klaim keilahian dan kekuatan dari berbagai sumber, Mazmur 89:7 menjadi pengingat yang kuat bahwa hanya ada satu Tuhan yang layak disembah, satu Tuhan yang agung dalam kekudusan, dahsyat dalam pujian, dan pelaksana keajaiban.
Pengakuan akan kebenaran ini seharusnya membentuk cara kita hidup. Itu seharusnya menginspirasi kerendahan hati, keberanian iman, dan kesetiaan yang teguh. Ketika kita menghadapi tantangan, keraguan, atau godaan, mengingat bahwa Tuhan kita adalah Yang Maha Agung dapat memberikan perspektif dan kekuatan. Kepercayaan pada Tuhan yang ajaib membawa pengharapan, karena Dia yang mampu melakukan keajaiban di masa lalu pasti mampu bekerja dalam situasi kita saat ini.